Kamis, 30 Mei 2013

Mimpiku, Intuisiku?

“Mimpi adalah Bunga Tidur.”
Mungkin pernyataan itu tidak berlaku bagi gadis muda bernama Astrid. Seorang mahasiswi di salah satu universitas swasta di Jakarta. Baginya, mimpi lebih dari sekedar hanya bunga tidur, mimpi dapat membantunya membentuk suatu keputusan dan menggambarkan kejadian yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Dari mimpi –mimpinya Astrid dapat mengetahui apa yang akan terjadi kepadanya di waktu yang kemudian, dapat besok, atau lusa, atau beberapa hari ke depan. Mimpi menjadi intuisi tersendiri baginya. Terkadang dia merasa terganggu dengan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu dia mulai terbiasa dan menjadikan setiap mimpi – mimpinya adalah sebuah intuisi yang akan membantunya dalam memutuskan sesuatu.
Terkadang ketika suatu kejadian terjadi dan dia harus memutuskan sebuah hal yang kita katakan dengan “A” dan bukan “B”, dalam mimpinya dia mengambil keputusan “A” dan terlihat efek dari keputusannya itu, setelah dia tahu melalui mimpi mengenai efek yang akan dia dapatkan, pada dunia nyata ketika hal itu benar – benar terjadi padanya dia bisa mengambil keputusan “B”.
Intuisi melalui mimpi tersebut juga menjadi kisah tersendiri untuk kisah percintaannya. Dalam mimpinya dia akan jadian dengan salah satu seniornya di kampus. Dan memang saat itu Astrid dan seniornya itu sedang dekat sebagai teman atau bisa dikatakan “adik – kakak ketemu gede”.
Awalnya dia menyangkal intuisi mimpi itu yang menurutnya aneh dan terdengar tidak rasional itu. Separuh pada dirinya menganggap hal itu akan terjadi, tapi separuh lagi ingin menolak akan intuisi yang diberikan kepadanya dalam mimpi yang selalu membuahkan suatu kejadian yang real.
Di dalam mimpinya Astrid diantarkan oleh seniornya yang bernama Harry menuju halte bus dimana Astrid biasa naik bus. Pada saat itu mereka berdua berjalan dari kampus malam hari. Selama waktu berjalan dan menunggu bus yang biasa Astrid tumpangi mereka berdua larut dalam perbincangan yang semakin membuat mereka akrab. Sampai pada akhirnya bus yang ditunggu – tunggu datang, Astrid bergegas memberhentikan dan mau naik ke dalamnya. Namun sebelum naik, tangan Astrid ditarik Harry ke dalam pelukannya, “Kamu Hati – hati ya dijalan” kata Harry saat itu.
Dan dalam mimpi berikutnya Astrid bermimpi kalau Harry menyatakan cintanya kepadanya di salah satu sudut kampus. Dalam mimpi itu Astrid mengatakan bahwa dia mau menjadi pacar Harry.
Dan benar, beberapa hari kemudian semua yang ada di mimpinya menjadi sebuah kenyataan. Diawali dengan Harry mengantarkannya ke halte bus sampai dengan berpelukan dengan Harry sesaat sebelum dia naik Bus. Dan kemudian pada hari berikutnya Harry menyakan perasaannya dan mengajak Astrid untuk jadian.
Pada kenyataannya itu, Astrid kembali mengingat mimpinya mengenai Harry. Dalam mimpi gue, gue mengatakan mau untuk jadi pacarnya. Tapi kenapa gue bisa mengatakan iya. Gue udah cukup nyaman dengan hubungan sebagai teman aja dengan dia. Gue gak bisa jadian. Tapi kenapa mimpi gue seperti mengisyaratkan gue untuk mau? Apa yang akan terjadi setelah gue tolak atau terima? Apa mungkin kalau menjadi pacarnya adalah keputusan yang tepat buat gue? Atau gue harus menolaknya? Batin Astrid berkecamuk saat itu. Dia bingung dalam mengambil keputusan.
Beberapa menit dia terdiam. Dia merenung dan sibuk mengartikan maksud dari mimpinya itu. Apakah dia harus melawan perasaannya yang tidak mau pacaran dengan Harry, atau mengikuti keputusan dalam mimpinya itu?
Dia tersadar dalam lamunannya itu ketika Harry menepuk pundaknya dan menanyakan keputusannya mengenai apakah Astrid mau menjadi kekasihnya atau Astrid akan menolaknya.
“Maaf Har, gue gak bisa. Gue udah anggep lo temen baik gue.” Jawab Astrid spontan.
Tentu ini bertolak belakang dengan apa yang ada di mimpinya. Dia tidak mampu untuk mengikuti setiap intuisi dalam mimpinya itu. Dia tidak mau melawan perasaannya dan memaksakan untuk menjadi kekasih Harry. Mungkin ini hal yang berat baginya, dia tidak tahu apakah keputusannya itu akan benar atau tidak.
Namun, keyakinan di dalam hatinya mengatakan kalau dengan penolakkan ini merupakan keputusan yang tepat. Mungkin dengan menolak Harry akan menimbulkan berbagai masalah, tapi dia yakin kalau mereka jadian masalah yang akan timbul mungkin lebih berat dan akan rumit.
Keputusan untuk melawan intuisi mimpinya bukanlah hal yang ringan untuk Astrid. Karena hal ini menolak sesuatu yang dibisikkan oleh intuisi alam bawah sadarnya. Hal ini selalu dia lakukan apabila bertentangan dengan hati kecilnya, namun dia juga tidak menutupi kalau intuisi mimpi dikala dia tertidur malam hari itu mungkin merupakan keputusan yang tepat baginya.
Malam demi malam pun berlalu, dalam setiap malam setelah penolakan untuk Harry itu dia selalu memimpikan hal yang sama. Dia selalu bermimpi dimana Harry kembali menyatakan perasaannya dan menembak dirinya. Dan jawaban dalam mimpi itu Astrid selalu mengiyakan untuk memulai sebuah hubungan baru dengan Harry.
Astrid dilanda suatu keadaan dimana dia bingung dalam mengambil sikap dan mengambil keputusan. Apakah dia akan mengikuti perasaannya yang tetap mau menjalin hubungan pertemanan dengan Harry? Atau dia akan mengikuti intuisi dalam mimpinya untuk mengiyakan menerima cinta Harry?

GENGGES

Gue adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang lagi sibuk – sibuknya ngerjain skripsi. Dari mulai nyari buku referensi teori dan apa segala macem, belom lagi harus uber – uber dosen pembimbing, sampai harus bolak – balik nge-print revisian dari dosen pembimbing.
Gue juga bukan tipe pekerja skripsi yang suka ngerjain skripsi di perpustakaan atau rumah. Jangankan ngerjain skripsi, ngerjain kerjaan kantor waktu jaman ngantor aja gue gak suka ngerjain di rumah. Gue lebih milih untuk ngerjain di tempat yang jadi public area, kaya kantor, convience store, cafe, restoran, atau apapun yang ada pemandangannya. Ya seenggaknya tempat yang enak dan cozy, bisa melihat ke sudut arah pemandangan yang berbeda – beda. Misalnya kaya ngeliat jalanan, suasana yang gak monoton, atau bisa cuci mata dengan melihat pengunjung yang beraneka ragam. Intinya sih tempat – tempat yang bisa memberikan inspirasi mendadak.
Dari kebiasaan gue yang seperti itu, gue sering mendapatkan cobaan dari Yang Maha Kuasa, yaitu selalu aja ketemu sekelompok orang atau genk yang mengganggu banget. Mereka tuh ya kalo ngomong teriak – teriak, omongan mereka juga selalu bikin gue dan temen senasib gue ngerasa risih dan terganggu.
Gue berpandangan mereka merasa tempat yang notabene adalah area publik itu adalah tempat umum yang semua orang berhak menikmati zona kenyamanan tersendiri, dan bukannya rumah mereka. Mereka mungkin merasa ini tempat gue dan gue berhak ngapa – ngapain karena gak ada yang melarang. Padahal tanpa mereka sadari ada juga orang – orang yang ada di tempat tersebut lagi meeting, ngerjain kerjaan kantor, ngerjain tugas kuliah/sekolah, atau ngerjain skripsi kaya gue.
Perbincangan yang selalu diselisipi oleh teriakan – teriakan atas respond gak penting juga sering kali keluar dari appear group itu, “Aahh, tuh cowok ganteng banget!” salah satu respond gak penting yang mereka teriaki tanpa embel – embel malu ketika melihat cowok ganteng yang baru datang.
Belum lagi salah satu diantara mereka sering curhat masalah pribadi ke teman – temannya sambil teriak – teriak. Mereka kaya gak mikir itu kan masalah pribadi ya, kalo sampai ada orang lain yang tahu apa mereka gak mikir akan cibiran –cibiran yang akan timbul? Atau minimal apa mereka gak malu kalo orang – orang akan tahu dan akan mikir yang enggak – enggak mengenai dia?
Gengges banget deh pokoknya. “Gengges” yang gue maksud adalah “ganggu”. Tentu lah yaa kata “ganggu” itu pas banget untuk kita (pengunjung lainnya) yang lagi ada disana untuk ngerjain tugas, proposal project, atau lagi ngerjain kerjaan yang notabene memerlukan pikiran dan inspirasi serius.
Emang sih gak ada tulisan dilarang untuk gak berisik, tapi kan yaa seenggaknya mereka mikir kalau disitu gak Cuma mereka aja yang ada disana. Gak semua orang kesana untuk senang – senang kaya mereka, dan gak semua orang yang disana Cuma sekedar untuk cerita – cerita sama teman. Disana juga ada lho yang lagi ngerjain kerjaan, merenung, cari suasana baru, dan mungkin untuk cari inspirasi, dan itu membutuhkan suatu suasana yang cukup nyaman.
Okay, dan sekarang dengan keberadaan tim “gengges” menginspirasi gue untuk membuat tulisan ini. Setidaknya gue patut mengucapkan terimakasih untuk mereka yang berisik dan bikin beberapa pengunjung lainnya terganggu, sampai gue berhenti ngerjain skripsi gue karrena mood gue ambruk seketika mendengar percakapan mereka yang awkward dan melihat tingkah laku mereka yang bener – bener bisa dikatakan freak itu.
Ada yang pernah senasib?

Selasa, 28 Mei 2013

Idola Ku

Okay, pengalaman ini bener – bener baru aja gue analisis. Survey informal dari sebuah efek yang ditimbulkan dari adanya banyak ajang pencarian bakat di Indonesia. Ajang yang melahirkan para artis baru yang memiliki talenta handal dalam bernyanyi, menari, atau bakat – bakat luar biasa lainnya.
Berawal dari diadakannya sebuah ajang pencarian bakat bernyanyi yang mengadaptasi ajang pencarian bakat dari Amerika Serikat dan Inggris yang sudah sukses beberapa seasons dan melahirkan penyanyi – penyanyi pendatang baru yang terkenal seantero dunia. Ajang pencari bakat yang menjadikan penyanyi senior dan produser musik internasional bukan hanya sebagai juri, tapi juga merangkap sebagai mentor dari setiap finalist. Ajang pencari bakat yang pernah menjadikan Kylie Minogue, Simon Cowell, Demi Lovato, Nicole Scherzinger, Britney Spears, dan CJ sebagai juri sekaligus mentor dalam ajang pencari bakat tersebut.
Di Indonesia sendiri, ajang tersebut baru pertama kali diadakan. Memang sebelum adanya ajang tersebut ajang – ajang serupa sudah diadakan dan selalu mendapatkan rating tinggi dari pemirsa televisi di Indonesia. Namun, ajang yang kali ini diadakan sangat berbeda dengan ajang – ajang yang pernah diadakan sebelumnya. Juri merangkap sebagai mentor, dan ditambah dengan dijadikannya penyanyi Indonesia yang sudah Go International di benue Eropa menjadi salah salah satu mentor yang tentunya semakin menambah nilai tersendiri acara tersebut.
Singkat cerita, dari penanyangan episode demi episode dari proses audisi, tahap bootcamp, babak group, sampai dengan siaran langsung penampilan 13 finalis yang sudah terpilih oleh dewan juri sangat mendapatkan perhatian dan apresiasi masyarakat. Rating dan minat masyaraakat semakin tinggi terhadap acara tersebut. Bakat – bakat dan penampilan finalist yang memukau, perdebatan antar juri mentor, dan host yang sangat rupawan, adalah beberapa faktor yang membuat acara satu ini menjadi favorite bagi setiap penikmat acara dengan genre seperti itu.
Karakter dari setiap finalist begitu kuat untuk mendapatkan dukungan dan menjadi idola baru dalam industri musik Indonesia. Dari yang memiliki tekhnik vokal yang hebat, aura bintang muda yang akan bersinar kelak, karakter vokal yang berbeda dengan penyanyi – penyanyi yang sudah tenar sebelumnya, sampai dengan karakter kepribadian dari finalist.
Salah satu finalist yang paling mendapatkan sorotan dan perhatian dari masyarakat adalah seorang gadis belia yang masih berusia enambelas tahun, berkerudung, dan memiliki karakter vokal yang sangat khas. Pada tahap awal audisi, video-nya saat menyanyikan lagu Grenade (Bruno Mars) sampai di posting dalam web penyanyi dunia itu. Tingkah laku dan kepolosannya juga menjadikan gadis muda ini sangat disukai oleh banyak orang.
Tidak sedikit yang mendukung perjalanan gadis itu dalam ajang pencari bakat penyanyi pendatang baru yang selain memiliki kemampuan bernyanyi juga mengutamakan faktor X. Dia mendapatkan banyak perhatian bukan hanya dari masyarakat biasa, tapi sampai beberapa artis/penyanyi yang lebih dulu berkarier, produses musik, tokoh keagamaan dan pesantren, sampai tokoh masyarakat yang memiliki peran dalam masyarakat. Hal itu terlihat dari banyak tokoh yang mengomentarinya melalui social media dan juga pada saat gadis itu menerima surat dari beberapa tokoh agama yang meng-support perjalanan kariernya.
Dan sampai akhirnya gadis muda itu menjadi grand finalist dua besar dlaam ajang tersebut. Berbagai pesan bbm dari teman, saudara, dan kerabat mendadak mampir ke ponsel gue. Bukan broadcast lagi, tapi benar – benar personal message yang mengajak dan menyuruh gue untuk memberikan sms dukungan untuk gadis muda itu.
Gue sempet shock banget saat itu. Gak menyangka aja tante, om, dan saudara lainnya sampai fanatic sama ajang pencari bakat satu ini. Gue akhirnya membalas basa – basi mengiyakan untuk memberikan dukungan. Padahal sih yaa boro – boro gue minat sms, orang satu sms dukungan langsung dipotong pulsa Rp 2000,-.
Well, akhirnya gadis itu menang menjadi juara pertama dalam musim pertama ajang tersebut. Kemenangannya mendapatkan pro dan kontra dari masyarakat. Hal itu dapat kita lihat dari berbagai social media seperti twitter dan facebook. Efek yang sangat besar dan dirasakan sama hal nya dengan efek yang ditimbulkan dalam Pilkada atau Pemilu.
Cemoohan, pujian, support, dan makian menjadi warna –warni update setiap masyarakat yang memiliki akun twitter dalam setiap update yang mereka tweet. Sungguh efek yang dirasakan dan dapat dianalisa dari adanya ajang pencari bakat dan melahirkan idola baru.
Bahkan tidak sedikit orang yang mungkin sama dengan Om gue. Dia sampai membeli beberapa nomer perdana guna mendukung idolanya, gadis berhijab itu dalam ajang tersebut. Sms, dukungan, dan doa senantiasa dilakukan olehnya untuk kemenangan sang idola. Tentu saja karena pemilihan siapa yang mendapatkan juara itu diperoleh dari perolehan sms dukungan dari fans dan pemirsa.
Dan gue akhirnya menganalisa kalau ajang pencari bakat yang mengcetak idola baru tersebut menimbulkan efek psikologis dari komunikan media televisi. Rasa kedekatan secara emosional dengan idolanya, rasa harus mendukung idolanya dengan berbagai jalan, dan tentunya rasa kepuasan tersendiri kalau idolanya bisa menang dalam ajang pencetak idola baru yang mereka ikuti.
Hal ini tentu saja menjadi hal yang sudah sangat lumrah. Dan cenderung dinilai sebagai hal yang sudah biasa. Media televisi menjadi salah satu yang paling memiliki power influenced yang paling kuat dibandingkan dengan media – media lainnya.
Lalu apakah hal tersebut akan selalu terjadi dalam setiap ajang pencari bakat menyanyi dan mencetak idola baru kedepannya?

Senin, 27 Mei 2013

GUE BUKAN BONEKA LO

“Selalu akan Membuatmu Tersenyum
Tak akan ku biarkan air mata setetes pun mengalir dari mata indahmu”
Sepenggal janji yang diucapkan Adho manakala melihat Aida menangis kala itu. Adho tidak mampu menahan perasaan kesalnya, amarahnya, dan sedihnya saat itu. Aida menangis terisak – isak dalam pelukkannya.
Ya, Aida, sosok perempuan mungil, berparas imut dengan kulinya yang putih dan rambut bob berponi rata. Aida membuat Adho jatuh cinta pada saat mereka bertemu pertama kali di kelas salah satu mata kuliah. Adho adalah senior Aidha, dua angkatan diatas perempuan imut itu.
Berawal dari ketertarikkan Adho saat melihat beberapa kali Aida mengkritisi dosen yang sedang mengajar. Wawasannya yang luas, argumen yang kuat, cara penyampaian kritik yang tetap santun adalah beberapa hal yang membuat cowok bertubuh kekar itu penasaran dengan Aida.
Adho terus mencari cara bagaimana untuk mendekati Aida, paling tidak dia bisa mengobrol dengan gadis itu. Rasa penasaran kala itu terus berkecamuk dalam hatinya. Dia sampai mengikuti Aida, ke tempat Aida biasa nongkrong, sampai ke perpustakaan atau kelas dimana Aida kuliah.
Tentunya Aida tida begitu menyadari ada seseorang yang kala itu memperhatikan dan mengikuti kemana ia pergi.
Sampai pada akhirnya ada moment dimana Adho dapat menegur dan mengobrol dengan Aida, “Sorry, tugasnya minggu lalu apa ya?” dengan berani dan sedikit malu – malu Adho memberanikan diri bertanya pada Aida.
“Iya jadi kia disuruh bikin advertising strategic plan untuk produk apa aja,” jawab Aida sambil tersenyum dan tersenyum kepada Adho.
Berawal dari situlah mereka dekat. Setelah bertanya mengenai tugas itu, berlanjut dengan saling bertukaran pin bb, nomer telfon, sampai Adho pada akhirnya mendapatkan twitter dan facebook Aida.
Saat itu Adho merasa mendapatkan angin segar untuk mendekati Aida untuk menjadi kekasihnya. Sikap hangat dan keramahan Aida membuat Adho merasa mendapatkan harapan positif dari wanita itu.
Sampai pada akhirnya Adho melihat display picture bbm Aida berpelukkan dengan seorang laki – laki dan tentu dengan status “Love you too Koala”. Adho shock seketika saat itu. Dia tidak menyangka kalau gadis yang selama ini sudah menarik perhatiannya itu sudah memiliki kekasih.
Setelah mengetahui hal tersebut perlahan – lahan menjauh dari Aida. Sakit hati dan bingung harus bagaimana harus bersikap kepada Aida saat itu.
Namun, berbeda dengan Aidha. Ia nampak sampai dan tetap menghubungi Adho seperti biasa. Baginya Adho merupakan kawan yang asyik dan nyambung.
Lama – lama Aida kebingungan sendiri dengan perubahan sikap Adho yang terlalu drastis menurutnya. Sudah tidak pernah mengajaknya makan, tidak pernah mengonteknya untuk sekedar menanyakan tugas. Rangkaian berbagai pertanyaan kini berkemuruh dalam pikirannya.
Tanpa ragu Aida menanyakan langsung kepada Adho, “Dho, gue ada salah ya sama lo?”
“Ah, enggak koq. Kenapa emangnya?” jawab Adho terbata –bata. Dia kaget saat Aida menanyakan hal itu secara langsung padanya saat mereka baru selesai mata kuliah satu kelas itu.
“Enggak, jujur aja lagi. Lo sekarang udah gak pernah ngontek gue. Udah jarang nongkrong bareng. Gue kenapa sih?”
“Enggak. Gue cuma lagi ribet aja sama skripsi gue.”
Tentu saja Adho merasa tidak enak hati saat itu. Bagaimana bisa dia dapat jujur kepada Aida mengenai hal apa yang membuatnya bersikap demikian. Dan pada akhirnya mereka kembali lagi nongkrong dan makan siang bersama.
“Hmm,” Adho menyalakan rokok dan menepis rasa ragu dan malu – malu untuk bertanya, “itu yang di dp lo waktu itu cowok lo ya?”
“Iya Dho,” jawab Aida enteng sambil mengeluarkan asap rokok dari bibir mungilnya, “namanya Faisal. Udah dua tahun gue sama dia.”
“Ooh,” jawab Adho singkat. Tentu dia tidak tertarik dengan topik pembicaraan itu kalau dilanjutkan.
Kening Aida mengerut. Tatapannya tiba – tiba menjadi lirih dan kelihatan sedih. Tentu Adho menjadi bingung sendiri melihat reaksi tiba – tiba dari Aida.
“Lo, kenapa Da?”
“Gue selama ini bingung sama Faisal,” Aida menjawab dengan nada lirih, “gue sayang sama dia. Dia juga sayang sama gue. Tapi gue bingung, selama dua tahun berhubungan sama dia, gue udah dua kali nge-gep-in dia selingkuh. Terakhir kemarin gue nemuin dia bbm-an sayang-sayangan sama cewek. Tiap gue putusin dia gak mau. Pernah gue mutusin dia, eeh dia malah berdiri gak pulang – pulang depan rumah gue.”
“Lah, itu sih gak tahu dianya yang goblog atau elo nya yang goblog sih. Udah tahu diselingkuhin bukannya putus aja.”
“Ya, gue juga maunya gitu. Tapi dia selalu bisa deketin hati nyokap gue. Gimana gak orang tua meng-support dia tuh nyokap gue.”


“Susah juga sih yah.”
Aida yang sudah percaya Adho, oleh karena itu dia berani mengutarakan apa yang menjadi masalahnya saat itu. Aida selalu bercerita kepada Adho, dari saat dia sedang senang dengan kekasihnya sampai saat paling menyedihkan dan menyakitkan untuknya.
Pada bagian yang paling menyedihkan dan menyakitkan, Aida bisa menangis sampai memeluk Adho saat itu. Dia sudah menganggap Adho sebagai sahabat yang paling dekat, bahkan dia menganggap Adho sudah sebagai kakaknya.
Adho tentu merasa sakit kala itu, tapi dia menyingkirkan egonya. Dia memilih untuk menjadi pendengar, penasehat, dan pelipur lara yang baik. Tentu dia juga merasakan sedih juga manakala melihat orang yang selama ini dicintainya menangis.
Biasanya setelah mencurahkan perasaan dan bercerita semua masalahnya kepada Adho, Aida bisa merasa senang dan sejenak melupakan beban dan masalahnya. Kebiasaan Adho yang selalu bisa menghiburnya dan menjadi alasan tersendiri mengapa Aida selalu curhat kepada Adho.

Dan pada suatu hari Aida mengajak Adho untuk jalan bareng dengan teman – temannya ke sebuah cafe di kawasan tempat berkumpulnya anak – anak gaul ibukota.
Adho yang kala itu memang sedang bad mood mau – mau saja diajak jalan sama Aida. Dia berfikir mungkin dengan mereka jalan dan nongkrong bersama Aida dan kawan – kawannya dapat membuatnya refreshing sejenak dari masalahnya.
Mereka larut dalam berbagai obrolan dan saling tertawa satu sama lain menceritakan beraneka macam topik. Adho sudah merasa teman – teman dari Aida cukup asik dan nyambung, dari mulai film, musik, politik, sampai hal – hal yang hanya sekedar jokes saja.
Sampai pada akhirnya Aida berkata disela –sela perbincangan hangat itu, “Adho ini orangnya asik deh. Dia selalu bisa bikin gue ketawa pas gue punya masalah sama Faisal. Asli kaya boneka, pelipur lara gitu. Abis gue curhat, selalu aja ada hiburan. Pokoknya lo semua gak rugi deh kalo curhat sama dia!”
DEG! Adho menoleh pada Aida. Tatapannya tajam dan singit kepada orang disebelahnya itu.
Suasana berubah menjadi dingin. Semua orang yang ada di meja itu melihat perubahan sikap Adho yang mendadak itu.
Brak! Adho memukul meja, “Jadi selama ini gue Cuma lo anggap sebagai boneka dan pelipur lara lo doank saat lo sedih? Jadi selama ini lo Cuma anggap gue sebagai penghibur! Brengsek lo emang!”
“Elo kenapa sih Dho? Gue gak ngerti.” Aida kaget dan bingung atas sikap Adho yang demikian berbeda dari biasanya. Dia tidak menyangka bahwa Adho akan bersikap demikian.
Adho langsung berdiri dan menunjuk wajah Aida, “GUE BUKAN BONEKA LO! CAMKAN ITU”
Adho langsung meninggalkan meja dan berlalu keluar dari cafe itu. Sementara semua tamu melihat kearan meja Aida dan kawan – kawannya dengan tatapan penuh tanda tanya, nyinyir, dan penasaran akan apa yang terjadi.

Sabtu, 25 Mei 2013

Dunia Penuh Tanda Tanya

Entah dengan kata apa aku dapat menguraikan penjelasan mengenai kondisi ini
Terjabak?
Terjerembab?
Atau dengan rangkaian kata Tuntutan Takdir?

Aku hidup dan tumbuh dalam dunia berbeda
Aku bertahan pada episode-episode pertahanan hidup yang penuh dengan realita yang tak biasa
Jauh dari kata normal
Jauh dari persamaan persepsi antara orang yang satu dengan orang lain

Dunia yang selalu menuntut pembenaran dari hal yang dianggap menyimpang dari kata “Benar”
Dunia yang penuh tanda tanya dengan banyak rangkaian pertanyaan
Dunia yang entah kapan akan berakhir

Mungkin aku akan bertahan
Atau mungkin aku telah jengah dengan hiruk pikuk pertanyaan sampai kapan
Sampai kapan ini akan berlangsung?
Sampai kapan ini semua akan berakhir?
Tak ada panutan dalam duniaku
Hanya ada cacian, makian, dan pertanyaan mengapa
Tak ada kebenaran dalam duniaku
Hanya ada penuntutan suatu pembenaran akan suratan takdir Illahi

Terkadang aku dan orang – orang lain yang terjebak hanya dapat berucap
Berucap dengan nyali ciut diiringi keraguan
“Kalo bisa normal, gua juga maunya normal kaya yang lain!”

Siapakah yang dapat dipersalahkan?
Haruskan aku menuntut Tuhan dan menyalahkanNya?
Runtutan Dunia Misteri Illahi seperti ini akankah mendapatkan jawaban?
Atau hanya pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban yang akan ku raih?

Bayang - Bayang Masa Lalu

Setiap orang pasti memiliki masa lalu yang berkesan dalam hidupnya. Ada yang menyenangkan dan ada juga yang membuat larut dalam kesedihan, atau berujung pada trauma tak berkesudahan.

“i try to spend my time with somebody new
But everyone still remind me of you,”
Sepotong lagu Still Remind Me yang dipopulerkan oleh penyanyi yang sudah berkarier di dunia International, Anggun Cipta Sasmi tersebut mungkin dapat menggambarkan seseorang yang sulit untuk move-on dari masa lalunya.
Mungkin memang mudah mengucapkan kata move-on, tapi bagaimana menjalankannya? Apa semudah mengucapkannya? Apa bisa dalam sekejap mata kita dapat move-on dan melupakan apa yang sudah dijalani?
Ada perkataan pepatah, “Masa lalu biarlah berlalu,” apa semudah itu melupakan masa lalu? Apa semudah itu membiarkan kenangan indah atau sedih di masa lalu berlalu dan tidak memikirkannya lagi?
Gue tersadar sedang dalam posisi itu. Mungkin gue sering berkata “move-on” sama semua temen-temen gue yang masih inget mantannya. Atau mungkin untuk temen gue yang sulit untuk memulai sesuatu yang baru dalam hidupnya.
Nasehatin orang emang gampang banget. Gampang ngomongnya, gampang menghiburnya. Tapi giliran lagi ngalamin, gue bener – bener ngerasa melupakan masa lalu dan move-on itu sulitnya gila-gilaan. Apalagi lupain mantan atau HTS-an yang emang paling meninggalkan bekas mendalam di hati.
Gue teringat kembali sama seseorang yang gue pernah cinta dan gue sayang beberapa bulan lalu sampai akhirnya kita losed contact dan gak berhubungan sama sekali (jangankan telfon atau bbm seperti biasa, apalagi hubungan badan).
Seseorang yang selama ini memberi kesan tersendiri dalam hidup gue setahun terakhir. Gue kangen mesra-mesraan sama dia, kangen gombalan-gombalannya, dan gue kangen sama setiap waktu saat kita ceng-cengan dan ledek-ledekkan becandaan.
Gue juga kangen sama satu hal dari dia, dia selalu mengontrol gue. Mengingatkan setiap waktu sholat untuk sholat, mengingatkan gue untuk jangan terlalu kebablasan saat gue hang-out sama temen-temen gue, dan gue kangen dengan semua nasihat-nasihatnya.
Dia pernah marah besar ke gue gara-gara gue punya habbit yang tidak sesuai dengan kebaikkan menurut pikiran dia. Itulah awal gue dan dia sama-sama menjauh. Terlalu banyak perbedaan antara gue dan dia.
Hal itu bikin gue mikir untuk menjauh dari dia. Hal itu yang membuat gue jadi dingin ke dia. Gue gak mau maksain semua perbedaan persepsi kita untuk menyatukan kita. Gue juga gak mau dia terus memaksakan untuk dapat mengikuti gue (contohnya awalnya dia bukan perokok, seiring waktu berjalan gue sama dia, dia menjadi perokok karena gue adalah seorang perokok).
Namun, saat ini gue harus mengakui betapa merindunya gue akan kehadiran dia. Gue kangen sama setiap kondisi “sweet” yang pernah kita lakukan dulu. Gue juga kangen berada di pelukannya.
Tapi, gue ragu akan hal itu bisa kembali terulang.

Jumat, 24 Mei 2013

Umroh Part II

Setelah 5 hari di Madinnah, rombongan berpindah ke kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah Umroh. Gue dan jamaah lainnya bersiap menggunakan kain ihrom dan melepaskan celana dalam dari hotel dan menuju Bir Ali terlebih dahulu untuk menunaikan ibadah niat Umroh sesuai dengan aturan agama.

Bisa dibayangkan donk ya, 10 jam perjalanan menuju Mekkah dari Madinnah menggunakan bus AC tanpa celana dalam dan hanya ditutupi oleh kain ihrom dinginnya bukan main. Gue sampe meringkuk di dalam bus karena dinginnya. Selangkangan bukannya dingin lagi, gue rasa sampe menciut itu semua dedek rombongan.
Sampe di Mekkah tengah Malam. Gue shock melihat kota Mekkah yang jauh dari perkiraan gue, kalo Madinnah itu teratur dan tata kotanya benar-benar oke banget sampe-sampe gue betah banget berada disana, orangnya pun ramah-ramah. Tapi kalo Mekkah cenderung agak berantakkan dan disana-sini banyak pengemis (gue bersyukur sama Allah karena tidak menemukan pengemis orang Indonesia).

Karena sampai Mekkah tengah malam, semua jamaah memutuskan untuk melakukan ibadah Umroh tawaf dan lari kecil antara Safa dan Marwah pada pukul 3 pagi, karena semua rombongan kelelahan akibat 10 jam perjalanan dari Madinnah.
Pukul 3 pagi kami gue dan beberapa jamaah berjalan menuju Masjidil Harom menggunakan kain ihrom. Sampai disana gue takjub dan sebenernya pengen nangis lagi. Gue tahan air mata gue karena gue emang gengsi banget mengerluarkan air mata di depan banyak orang apalagi ada Bokap dan Adik gue.
Gue dan jamaah lainnya berjalan pelan dari pintu masuk masjidil Harom menuju Baitul Ka’bah. Sepanjang berjalan m,enuju sana gue menahan air mata gue.
Gila! Gue bener – bener ngerasa Tuhan ada buat gue, doa gue dikabulin. Doa yang selama ini gue fikir Cuma akan jadi sepotong doa dalam setiap ibadah gue, dan gue gak menyangka doa gue akan dikabulin sama Tuhan dengan waktu yang sependek ini.
Singkat cerita gue akhirnya menjalankan ibadah tawaf muterin Ka’bah dan ibadah sa’i dengan mengenakan kain ihram. Lantunan dzikir dan puji – puji untuk Allah dan shalawat gak berhenti gue dan jamaah lainnya lantunkan. Ribuan orang ada disana, gak Cuma dari Indonesia, tapi dari negara – negara lainnya.
Gue semangat banget menjalankan ibadah tawaf dan sa’i walaupun kaki gue masih sakit karena terkilir dan ketabrak kursi roda saat di Madinnah beberapa hari sebelumnya. Ibadah yang selama ini gue idam-idamkan dapat gue laksanakan. Doa yang selama satu tahun selalu gue panjatkan kehadirat Allah SWT dijabah.
Ya, selama melakukan ibadah tersebut gue sama sekali gak bisa menangis. Walaupun udah gak tahan pengen nangis melihat Ka’bah secara langung. Kiblat semua umat Islam di seluruh dunia ketika beribadah yang selama ini gue lihat di foto, sejadah, TV, tapi sekarang gue bisa lihat langsung ciptaan Tuhan yang dibangun pada masa Nabi Ibrahim tersebut, pusat sejarah dan keajaiban Agama Islam itu.
Siang harinya gue mengalami sebuah keajaiban ketika mau menjalankan ibadah sholat dzuhur. Ketika tawaf dan Sa’i malamnya, gue berdoa supaya kaki gue bisa disembuhkan supaya gue bisa lebih khusyuk beribadah. Dan benar saja, siang itu Allah seakan menunjukkan kuasanya kepada gue.
Kaki kanan dan kiri yang sakitnya luar biasa pada bagian telapak dan mata kaki seketika itu juga mendadak jadi panas. Padahal lantai di depan Ka’bah tersebut dingin kaya es batu, tapi di telapak yang sakit itu mendadak hangat seakan ada yang memanaskan.
Air mata gue mendadak menetes, untung gue selalu bawa sunglasses. Jadi saat gue nangis, sunglasses langsung gue pake. Gengsi juga kali ya nangis ketahuan sama bokap dan adik gue. Gila aja!

“Ya Allah, aku bersyukur padaMu atas semua berkah dan karuniaMu karena mengabulkan doa Hamba. Aku ingin agar Ibu Hamba dapat merasakan juga nikmat yang hamba rasakan saat ini.” sepotong doa yang selalu gue panjatkan di depan Ka’bah. Nyokap selalu pengen untuk naik haji, tapi mungkin belum rezeki beliau belum diundang sama Yang Punya Kuasa untuk berkunjung ke Tanah Suci.
Beberapa nama yang minta didoakan pun gak luput dari ingatan gue. Sepupu, dosen (sekarang jadi dosen pembimbing skripsi), sahabat, dan semua orang yang gue sayang selalu gue doakan.

Seakan Tuhan tidak berhenti menunjukkan kuasanya kepada gue_____, hari kedua di Mekkah gue kembali diberikan anugrah terindah dalam hidup gue.
Semua orang yang menjalankan ibadah Haji atau Umroh ketika di depan Ka’bah sama – sama memiliki keinginan yang sama, yaitu dapat mengusap atau mencium batu Hajjar Aswat.
Sehari sebelumnya gue mencoba, dan gagal. Dan hari itu gue kembali mencoba untuk dapat mencium batu yang gue dan umat Islam lainnya dikirimkan Tuhan dari Surga. Batu yang dikenal wangi dan berukuran kecil, dan terletak di sudut Ka’bah dekat dengan pintu baitul qibla’.
Gue bareng sama adik gue untuk mencoba mendekati batu Hajar Aswat yang sudah dikerumuni oleh banyak orang. Akhirnya gue terpencar sama adik gue. Entah mengapa seakan ada yang membisikkan gue untuk tawaf sekali lagi, dan perlahan menuju pinggiran Ka’bah.
Gue tawaf sekali lagi dan coba menelusup dari pinggir dan bukan dari tengah. Kala itu gue sambil berdoa, “Ya Allah, aku tidak tahu kapan lagi aku akan kesini. Aku mohon izinkanlah aku mencium batu Hajjar Aswat dengan kuasaMu dan keajaibanMu.” Dzikir dan lantunan pujian – pujian kepada Allah tidak berhenti gue panjatkan saat itu.
Gue mengantri dari tepian Ka’bah, menelusup ke sela – sela tubuh orang – orang (sumpah baunya bawang busuk). Lalu entah gimana caranya wajah gue udah sampai di depan hajjar Aswat, dan kepala gue didorong sama orang – orang dibelakang gue sampai gue dapat mencium tiga kali batu Surga Allah itu.
“SUBHANALLAH!” kata itu keluar dari mulut gue berbarengan dengan banjir air mata saat melepaskan diri dari hajjar aswat. Seketika itu juga gue langsung pake sunglasses, dan tawaf berdoa memanjatkan puji syukur. Gue mendekatkan diri lagi ke dinding kabah dan menangis disana.
Saat di Hinjir Ismail (bagian dari Ka’bah yang konon tempat dipenggalnya Nabi Ismail AS oleh Ayahnya Nabi Ibrahim AS, dan seketika itu berubah menjadi kambing), ada wanita India yang mengusap bahu gue yang kala itu sedang menangis. Gue makin merasa Allah selalu ada untuk hambanya. Gue semakin yakin dengan keberadaan Allah sebagai Tuhan yang patut disembah oleh semua umat manusia.

Selama menjalankan ibadah Umroh tersebut gue selalu terbayang – bayang berbagai dosa yang selama ini gue lakukan di Jakarta. Gue Cuma bisa berharap Allah akan mengampuni dosa gue. Gue juga berharap supaya semua doa – doa dan harapan gue selama Umroh di Tanah Suci tersebut dapat dijabah Allah dan menjadi kenyataan.
Dan saat ini gue kangen banget sama semua keadaan di Tanah Suci. Gue kangen sama Madinnah dengan Masjid Nabawi, Masjid Quba, dan keramahan masyarakat setempat. Gue kangen sama Mekkah dengan panasnya, Masjidil Harom, dan berbagai hal mengenai Agama yang selama ini gue anut.
Semoga Allah mengizinkan kembali gue untuk bertamu ke Negara Saudi Arabia dan menikmati nikmat Allah yang penuh dengan pengalaman berharga.

Senin, 20 Mei 2013

Umroh Part I



Tahun 2o12 lalu aku selalu berdoa pada Tuhan ketika aku beribadah kepadaNya untuk dapat menjalankan ibadah yang selama ini aku idam – idamkan. Saat itu aku hanya dapat berdoa dan berharap untuk dapat menginjakkan kaki di Tanah Suci Mekkah.

“Ya Allah, aku tahu aku tidak mempunyai uang yang cukup untuk Umroh. Tapi aku mohon padaMu ya Allah untuk dapat melaksanakan berkunjung ke rumahMu.” Sedikit penggalan doa yang aku selalu ucapkan setelah sholat atau sedang berdoa. Doa tersebut juga aku panjatkan pada saat pergantian tahun 2012 menuju 2013.


Aku ingin melihat Ka’bah, aku ingin tahu Mekkah dan Madinnah, aku ingin tahu bagaimana bentuk kekuasaan Allah yang dilimpahkan kepada Nabi – Nabi yang diamanatkan untuk menyampaikan kebenaran kepada seluruh umat Manusia.
Aku ingin melihat makam Rasullulloh SAW. Aku ingin merasakan ibadah di tempat turunnya Agama Islam. Aku ingin merasakan pengalaman yang sudah dirasakan oleh teman – teman, saudara, dan kerabat yang telah melaksanakan ibadah umroh atau haji.


“Paspor mana, paspor?” tanya Ayah tiba – tiba saat aku berkunjung ke rumahnya. Memang kami sudah tidak tinggal serumah lagi sejak perceraian orang tuaku, saat ini aku tinggal bersama Mama. Dan memang tiap seminggu sekali, aku pasti ke rumah Ayah.
“Hah? Buat apaan?” tanya aku bingung.
“Mau apa enggak?”
“Mau apaan?”
“Udah mana cepetan, besok anterin passpornya!”

Beberapa dialog itu pun terjawab ketika gue ulang tahun ke 23, tanggal 14 Februari lalu. Gue bener-bener kaya mendapatkan keajaiban. Doa gue dijabah sama Allah SWT untuk dapat menjalankan ibadah Umroh ke Tanah Suci saat liburan semester ganjil.

Singkat cerita, gue akhirnya berangkat ke Tanah Suci sama Bokap dan Adik gue. Gue mengalami banyak keajaiban yang memang tidak gue sangka-sangka banyak banget yang terjadi.
Gue menangis saat gue pertama kali menginjakkan kaki di Masjid Nabawi, kota Madinnah. Masjid yang konon paling indah di dunia itu. Gue gak menyangka kalau gue akan secepat ini menginjakkan kaki disana.

Hampir setiap saat sholat di Masjid Nabawi gue gak bisa berhenti nangis saat gue memanjatkan puji dan syukur gue kehadirat Allah SWT, karena dengan jalanNya gue dapat berkunjung dan berziarah ke Makam Rasullullah SAW.

Gue baru tau apa itu Roddah ketika gue sampai Madinnah. Ternyata Roddah adalah bangunan pertama kali Masjid Nabawi bersebelahan dengan makam Rasullulloh SAW dan terdapat mimbar tempat Rosul melakukan ceramah . Menurut beberapa ahli agama, apabila dapat menunaikan ibadah sholat sunnah ataupun wajib disana akan mendapatkan pahala. Ciri khas Roddah adalah memiliki warna karpet yang berbeda sendiri dengan tempat sholat lainnya di Masjid Nabawi. Apabila di tempat sholat lainnya karpet sholat berwarna merah emas, pada bagian Roddah berwarna hijau emas.
Pada hari Jum’at, tepatnya hari ke-2 gue kesana, gue dan rombongan jamaah mencoba untuk dapat menunaikan ibadah sholat sunnah dan sholat Jum’at di Roddah. Sudah berjalan cukup jauh dari pintu belakang Masjid menuju bangunan paling depan Masjid Nabawi tersebut dan kita gagal.
Keesokkan harinya gue dan jamaah lainnya menikmati perjalanan mengelilingi kota Madinnah. Kita ke Masjid Quba, Masjid Dua Kiblat, Padang Uhud, dan Kebun Kurma. Mungkin karena kelelahan dengan perjalanan Bokap dan Adik gue kelelahan, sehingga setelah perjalanan mereka tidak mau menunaikan ibadah sholat ashar di Masjid Nabawi. Gue akhirnya memutuskan untuk sholat ashar dan berjalan sendirian ke Masjid Nabawi. Jujur gue juga capek, mengingat kurang istirahat dan memang tubuh juga kurang fit.
Awalnya gue tidak ada niat untuk Roddah saat itu. Tapi pas gue lihat jam tangan, ternyata ashar masih 1 jam lagi, dan entah kenapa terlintas dalam benak gue untuk iseng mencoba sholat ke Roddah.


Gue berjalan menuju Roddah sambil sholawat, dzikir, membaca al-fatihah, dan ayat kursi dalam hati gak berhenti-berhenti. Dan Subhanallah, gue berhasil menginjakkan kaki di Roddah saat gue sadar kaki gue sudah ada di dalam karpet berwarna hijau dan tepat di depan mimbar Rosul. Menuju Roddah juga bukannya tidak ada halangan, ribuan orang Arab maupun orang dari negara lain ingin dapat sholat disana dan mendapatkan pahala dari sang Illahi. Gue sempet kena body orang Mesir, dan kaki kanan gue yang gue pake untuk nahan badan supaya gak jatuh sampai terkilir.
Tapi Alhamdulillah gue dapat menunaikan sholat di Roddah, dan tentunya gue menangis haru karena Allah telah menjabah doa gue langsung, “Ya Allah, aku tak tahu kapan lagi dapat menginjakkan kaki disini. Aku mohon ya Allah, izinkan aku untuk dapat menunaikan sholat di Roddah.”
Selama di Madinnah gue merasa nyaman sekali. Gue merasa kaya orang-orang disana benar-benar menyambut kedatangan para jamaah. Udara yang sejuk dan tata kota yang rapih, dan ditambah dengan orang-orangnya ramah menjadi kenikmatan tersendiri di Kota Nabi tersebut.



Benar apa yang dikatakan dalam cerita Nabi, di kota yang sebelumnya bernama Yasrib itu, masyarakatnya ramah dan hangat. Sampai-sampai saat gue berjalan-jalan disana, gue dipanggil “Syaiful Jamil” atau “Syahrini” atau “Ahmad Dhani”.
Gue dan Adik gue sampai ketawa geli bener-bener deh nih orang Arab disini. Kita gak nyangka aja kalo Indonesia cukup nge-hits disana, apalagi icon nya kan tiga artis yang emang kita tahu sendiri bintangnya sensasi infotaiment di Indonesia.
Hampir semua pedagang disana bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Mereka benar-benar membuat kami merasa nyaman dan betah selama berada disana.
Ooh Madinnah, Insya Allah aku akan berkunjung lagi kesana. I love Madinnah & Masjid Nabawi.