Minggu, 21 Februari 2016

His Married, But His Gay! How Can...

“Gila! Dia kan udah Kawin! Koq bisa sih dia sama cowok?!”
Statement itu mungkin udah biasa kita dengar untuk menanggapi sebuah cerita atau kasus yang ada di sekitar kita. Memang sejak dari tahun 2015, lalu sepertinya di sepanjang tahun 2016, dan seterusnya issue dan topik mengenai Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT) akan tetap hangat jadi perbincangan.
Memang fenomena sosial LGBT ini seperti fenomena bola salju yang semakin lama akan semakin besar. Apalagi sudah beberapa tahun ini banyak Negara-negara di dunia mendukung dan mengesahkan Pernikahan Sesama Jenis. Di awal tahun 2016 saja LGBT, khususnya menjadi topik obrolan hangat.
Tentunya kita mengetahui beberapa pemberitaan mengenai LGBT yang cukup mendapat perhatian publik. Dari beredarnya video Pernikahan Gay di Bali; Krisis yang dihadapi Line Corp; Pelaporan presenter IB oleh dua aktor pendatang baru; dan yang paling mencengangkan adalah pelaporan seorang remaja berinisial DS yang menjadi korban pelecehan seksual sesame jenis oleh Penyanyi Dangdut Kontroversial SJ. Seolah semua pemberitaan ini akan terus berkembang dan akan melahirkan subjek-subjek baru yang siap menjadi santapan publik.
Kebanyakan orang dari berbagai golongan masyarakat seolah terpaku dengan berita mengenai Presenter IB yang sudah menikah dan memiliki dua orang anak, dan tentunya pedangdut SJ yang sudah pernah menikah. Kedua publik figur ini sangat mendapatkan perhatian dari masyarakat awam yang menganggap mereka adalah Pria Normal dan Perkasa tapi dilaporkan ke pihak berwajib karena melakukan pelecehan seksual sesame laki-laki.
Pemberitaan tersebut menimbulkan banyak pertanyaan seperti di awal tulisan ini. Dan ada juga beberapa pertanyaan lain, seperti:
“Sudah menikah, sudah punya anak, tapi koq gay?”
“Kan dia gay, koq bisa punya anak? Emangnya bisa ya?”
Wajar aja pertanyaan-pertanyaan itu muncul dari banyak orang. Karena mereka berfikir kalau gay gak akan bisa menghamili perempuan, ya kecuali kalo salah satu diantara mereka mandul atau sel telur dan sel sperma mereka tidak cocok, ya sampai kapan pun juga gak :bakalan hamil.
Mungkin disini gue akan membahas kalau gay juga bisa menghamili perempuan, ada contohnya Clay AIken (Penyanyi yang terkenal dari Ajang American Idol) yang memang gay dan memiliki keturunan biologis dari seorang perempuan (atau istilah kasarnya numpang benih dalam rahim).
Gue pernah baca sebuah artikel jurnal penelitian yang dilakukan oleh salah satu perguruan tinggi terkenal di Amerika Serikat, dimana dalam jurnal tersebut menuliksan kalau, “Sperma yang dihasilkan kaum gay jauh lebih subur dibandingkan pria heteroseksual.” Penelitian itu seolah terbukti melalui berita mengenai seorang pria gay menyumbangkan spermanya untuk 50 perempuan, yang dilansir melalui link: http://health.liputan6.com/read/2261522/pria-gay-ini-donorkan-sperma-ke-50-orang-wanita?photo=912661
“Tapi gimana caranya? Emang dia nafsu sama vagina?”
Untuk menjawab pertanyaan ini terkadang dari kita suka memutar mata dan berpikir betapa agak bodohnya mereka. Karena untuk terjadinya sebuah kehamilan kan seperti yang kita tahu bertemunya sel sperma yang subur dan sel telur yang subur yang kemudian terbentuknya embrio lalu berkemang menjadi janin.
Proses seorang suami gay dapat menghamili istrinya tentu dengan melakukan hubungan seks dan keduanya dalam keadaan sehat/subur. Masalah mengenai membangun nafsu birahi dari suami gay itu memiliki berbagai cara yang bisa dikatakan unik dan pastinya berbeda dengan suami heteroseksual.
Beberapa pria gay yang menikah dan yang akan melakukan hubungan seks dengan pasangannya tentu punya cara sendiri untuk menaikkan libidonya. Beberapa tahun lalu sempat ada artikel mengenai Seorang Pria yang sudah menikah yang ditangkap aparat berwajib karena membuka bisnis panti pijat plus-plus khusus gay, ketika diwawancara dia mengatakan, “Ya kalo saya ngeseks sama istri saya, saya selalu membayangkan kalau dia adalah cowok. Atau saya nonton bokep homoseks dulu sebelum make istri saya…”
Ada juga pasangan suami istri yang masing-masing adalah seorang gay dan lesbian. Gue pernah ngerumpi dengan beberapa kawan yang memiliki kenalan yang seperti itu. Cara membangkitkan libido masing-masing adalah sekamar ada empat orang; pasangan gay dan pasangan lesbian, mereka masing-masing melakukan hubungan seks homoseksual dan ketika sudah ‘naik’ barulah kedua pasangan penis suami gay itu melakukan penetrasi di dalam lobang vagina istrinya.
Memang terbaca aneh, tulisan gue satu ini. Tapi semoga tulisan gue ini dapat membuka wawasan dan sedikit menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian mengenai seorang Gay tapi menikah, tapi punya anak biologis.
Dan tentunya kasus ini berbeda dengan pasangan suami – istri yang prianya adalah Bisexual. Karena seorang yang mengalami Bisexual memiliki hasrat seksual ke lawan jenis dan juga sesame jenisnya. Berbeda dengan gay, yang hanya punya hasrat seksual ke sesame jenis saja.

Sabtu, 20 Februari 2016

KESIBUKAN dan KE-WOLES-AN

Usia bertambah seiring berjalannya waktu. Hal-hal yang dipelajari pun akan semakin banyak menyesuaikan dengan meningkatnya status pendidikan, semakin meluasnya jaringan dan pergaulan social, dan pengalaman-pengalaman bekerja untuk seseorang/institusi. Hingga seseorang bisa tumbuh, berkembang, dan semakin luas wawasannya.
Ada yang terus berjalan dan mengembangkan dirinya untuk mencapai cita-cita dan mendapatkan pencapaian yang diambisikan. Keadaan juga dapat menuntut seseorang yang harus mengembangkan pekerjaan dan karier; dari yang tadinya mendapatkan semua kebutuhan dan keinginan melalui support dari orang tua, hingga keadaan harus menuntutnya untuk berjuang sendiri dan memiliki ‘tanggungan’ walaupun belum menikah.
Dalam segala aspek untuk mencapai ambisi, pasti akan ada hal-hal yang harus dikorbankan atau bahasa halusnya dikesampingkan. Hal ini karena alasan, “Masih bisa nanti”, atau “Ya, udahlah nanti aja kalau gue enggak sibuk,” atau berbagai alasan-alasan yang dianggap memang bisa dijadikan alasan. Diantaranya:
• Hubungan Pertemanan
Kita tentunya selama hidup memiliki banyak social grouping, dari mulai teman SD, teman SMP, teman SMA, teman Main, teman Kuliah, teman kantor, bahkan banyak link pergaulan sosial dari berbagai lingkungan yang ada selama kita menjalani hidup kan.
Ketika kita di satu masa, kita memiliki teman dekat tersendiri, dan itu akan berubah seiring berjalannya waktu. Misalnya, ketika kita SMP kita pasti memiliki teman dekat, dan ketika masuk SMA dan kita pisah dengan teman SMP, kita akan memiliki kualitas dan kuantitas waktu yang akan berkurang dengannya, dan memiliki banyak waktu dengan teman-teman di SMA. Begitu lah seiring berjalannya, akan ada yang sedikit terlupakan dan ada yang baru yang lebih intends.
Akan ada kecemburuan pastinya, akan ada perasaan kecewa tentunya, dan akan ada sebuah kalimat yang terlontar, “Yaudah, elo enjoy aja sama teman baru elu! Sombong!”
Makanya enggak heran, banyaknya meme dengan tulisan-tulisan yang sedikit menyindir mengenai hal Itu diantaranya;
“STRANGERS can become BESTFRIEND just easy! As BESTFRIEND can become STRANGERS!”

“Suasananya udah beda. Udah enggak sedekat dulu. Udah engga seasyik dulu. Udah enggak seakrab dulu. Dan gue, kangen sama yang dulu-dulu…”

Beberapa tulisan meme diatas beredar di Path dan Instagram. Berarti banyak orang yang mengalaminya. Kesibukan mencapai sebuah tujuan masing-masing sehingga kita mengesampingkan appear group yang telah lama ada, dan kita tanpa sengaja sedikit Ke-woles-an menanggapinya. Seolah berkata, “Yaudah Maaf gue lagi sibuk, next time kalo sempat kita ketemuan deh ya,”
Akan ada kecemburuan yang tanpa sadar ketika kita melihat teman kita sedang bersenang-senang dengan teman barunya. Dan ada perubahan sikap yang tanpa sadar terjadi. Dan ujung-ujungnya muncul sebuah statement, “See you on top guys!”

• Status Relationship
“Sibuk kerja terus! Kapan nikahnya?”
“Mana nih pacarnya? Gak pernah bawa pacar deh!”
Okay, mungkin untuk beberapa eksekutif muda yang sibuk mengejar ambisinya atau dipaksa untuk sibuk karena pekerjaan akan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan seperti itu dari orang-orang sekitar.
Sibuk kerja, terlalu konsen dengan tuntutan pekerjaan, dan banyak kegiatan dengan lingkungan sosial mau enggak mau menuntut kita untuk fokus dan mengesampingkan urusan ini.
Kita akan memiliki kalimat difensif, “Jodoh gak akan kemana! Nanti kalo udah waktunya juga bakal ketemu dengan orang yang pas dengan kita.”
Bahkan terkadang kita muluk untuk mendapatkan pasangan yang bisa selalu memahami kesibukan kita, menerima kita apa adanya, atau seseorang yang sesuai strata sosial dan strata pendidikannya dengan kita. Padahal, kita terlalu naïf untuk menolak mendapatkan tipe pasangan seperti itu sulit. Okay, terpatnya TERLALU SULIT!
Dan lagi-lagi KESIBUKAN membuat kita jadi KE-WOLES-an.

• Keluarga
Sebuah kelompok sosial yang suka tidak suka terbentuk dari kita lahir. Ada yang mengatakan ‘Keluarga adalah tempat bersandar,” ada juga yang mengatakan, “Hanya keluarga yang dapat menerima kita dalam kondisi apapun dan bagaimanapun…”
Apa benar seperti itu?
Okay, buat kita yang naïf memang hal itu yang kita harapkan. Tapi bagaimana kenyataannya? Apakah keluarga dapat menerima kita apa adanya? Apa keluarga dapat menerima begitu saja kita dengan kesibukan-kesibukan kita yang tanpa sadar kita kesampingkan?
Bohong kalau kita tidak pernah mengalami protes dari keluarga. Misalnya, kita mendapatkan jadwal pekerjaan disaat adanya acara keluarga besar. Cibiran-cibiran halus pasti kita dapatkan kan.
Dan lagi-lagi KESIBUKAN membuat kita jadi KE-WOLES-AN