Sabtu, 20 Februari 2016

KESIBUKAN dan KE-WOLES-AN

Usia bertambah seiring berjalannya waktu. Hal-hal yang dipelajari pun akan semakin banyak menyesuaikan dengan meningkatnya status pendidikan, semakin meluasnya jaringan dan pergaulan social, dan pengalaman-pengalaman bekerja untuk seseorang/institusi. Hingga seseorang bisa tumbuh, berkembang, dan semakin luas wawasannya.
Ada yang terus berjalan dan mengembangkan dirinya untuk mencapai cita-cita dan mendapatkan pencapaian yang diambisikan. Keadaan juga dapat menuntut seseorang yang harus mengembangkan pekerjaan dan karier; dari yang tadinya mendapatkan semua kebutuhan dan keinginan melalui support dari orang tua, hingga keadaan harus menuntutnya untuk berjuang sendiri dan memiliki ‘tanggungan’ walaupun belum menikah.
Dalam segala aspek untuk mencapai ambisi, pasti akan ada hal-hal yang harus dikorbankan atau bahasa halusnya dikesampingkan. Hal ini karena alasan, “Masih bisa nanti”, atau “Ya, udahlah nanti aja kalau gue enggak sibuk,” atau berbagai alasan-alasan yang dianggap memang bisa dijadikan alasan. Diantaranya:
• Hubungan Pertemanan
Kita tentunya selama hidup memiliki banyak social grouping, dari mulai teman SD, teman SMP, teman SMA, teman Main, teman Kuliah, teman kantor, bahkan banyak link pergaulan sosial dari berbagai lingkungan yang ada selama kita menjalani hidup kan.
Ketika kita di satu masa, kita memiliki teman dekat tersendiri, dan itu akan berubah seiring berjalannya waktu. Misalnya, ketika kita SMP kita pasti memiliki teman dekat, dan ketika masuk SMA dan kita pisah dengan teman SMP, kita akan memiliki kualitas dan kuantitas waktu yang akan berkurang dengannya, dan memiliki banyak waktu dengan teman-teman di SMA. Begitu lah seiring berjalannya, akan ada yang sedikit terlupakan dan ada yang baru yang lebih intends.
Akan ada kecemburuan pastinya, akan ada perasaan kecewa tentunya, dan akan ada sebuah kalimat yang terlontar, “Yaudah, elo enjoy aja sama teman baru elu! Sombong!”
Makanya enggak heran, banyaknya meme dengan tulisan-tulisan yang sedikit menyindir mengenai hal Itu diantaranya;
“STRANGERS can become BESTFRIEND just easy! As BESTFRIEND can become STRANGERS!”

“Suasananya udah beda. Udah enggak sedekat dulu. Udah engga seasyik dulu. Udah enggak seakrab dulu. Dan gue, kangen sama yang dulu-dulu…”

Beberapa tulisan meme diatas beredar di Path dan Instagram. Berarti banyak orang yang mengalaminya. Kesibukan mencapai sebuah tujuan masing-masing sehingga kita mengesampingkan appear group yang telah lama ada, dan kita tanpa sengaja sedikit Ke-woles-an menanggapinya. Seolah berkata, “Yaudah Maaf gue lagi sibuk, next time kalo sempat kita ketemuan deh ya,”
Akan ada kecemburuan yang tanpa sadar ketika kita melihat teman kita sedang bersenang-senang dengan teman barunya. Dan ada perubahan sikap yang tanpa sadar terjadi. Dan ujung-ujungnya muncul sebuah statement, “See you on top guys!”

• Status Relationship
“Sibuk kerja terus! Kapan nikahnya?”
“Mana nih pacarnya? Gak pernah bawa pacar deh!”
Okay, mungkin untuk beberapa eksekutif muda yang sibuk mengejar ambisinya atau dipaksa untuk sibuk karena pekerjaan akan mendapatkan pertanyaan-pertanyaan seperti itu dari orang-orang sekitar.
Sibuk kerja, terlalu konsen dengan tuntutan pekerjaan, dan banyak kegiatan dengan lingkungan sosial mau enggak mau menuntut kita untuk fokus dan mengesampingkan urusan ini.
Kita akan memiliki kalimat difensif, “Jodoh gak akan kemana! Nanti kalo udah waktunya juga bakal ketemu dengan orang yang pas dengan kita.”
Bahkan terkadang kita muluk untuk mendapatkan pasangan yang bisa selalu memahami kesibukan kita, menerima kita apa adanya, atau seseorang yang sesuai strata sosial dan strata pendidikannya dengan kita. Padahal, kita terlalu naïf untuk menolak mendapatkan tipe pasangan seperti itu sulit. Okay, terpatnya TERLALU SULIT!
Dan lagi-lagi KESIBUKAN membuat kita jadi KE-WOLES-an.

• Keluarga
Sebuah kelompok sosial yang suka tidak suka terbentuk dari kita lahir. Ada yang mengatakan ‘Keluarga adalah tempat bersandar,” ada juga yang mengatakan, “Hanya keluarga yang dapat menerima kita dalam kondisi apapun dan bagaimanapun…”
Apa benar seperti itu?
Okay, buat kita yang naïf memang hal itu yang kita harapkan. Tapi bagaimana kenyataannya? Apakah keluarga dapat menerima kita apa adanya? Apa keluarga dapat menerima begitu saja kita dengan kesibukan-kesibukan kita yang tanpa sadar kita kesampingkan?
Bohong kalau kita tidak pernah mengalami protes dari keluarga. Misalnya, kita mendapatkan jadwal pekerjaan disaat adanya acara keluarga besar. Cibiran-cibiran halus pasti kita dapatkan kan.
Dan lagi-lagi KESIBUKAN membuat kita jadi KE-WOLES-AN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar