Senin, 27 Mei 2013

GUE BUKAN BONEKA LO

“Selalu akan Membuatmu Tersenyum
Tak akan ku biarkan air mata setetes pun mengalir dari mata indahmu”
Sepenggal janji yang diucapkan Adho manakala melihat Aida menangis kala itu. Adho tidak mampu menahan perasaan kesalnya, amarahnya, dan sedihnya saat itu. Aida menangis terisak – isak dalam pelukkannya.
Ya, Aida, sosok perempuan mungil, berparas imut dengan kulinya yang putih dan rambut bob berponi rata. Aida membuat Adho jatuh cinta pada saat mereka bertemu pertama kali di kelas salah satu mata kuliah. Adho adalah senior Aidha, dua angkatan diatas perempuan imut itu.
Berawal dari ketertarikkan Adho saat melihat beberapa kali Aida mengkritisi dosen yang sedang mengajar. Wawasannya yang luas, argumen yang kuat, cara penyampaian kritik yang tetap santun adalah beberapa hal yang membuat cowok bertubuh kekar itu penasaran dengan Aida.
Adho terus mencari cara bagaimana untuk mendekati Aida, paling tidak dia bisa mengobrol dengan gadis itu. Rasa penasaran kala itu terus berkecamuk dalam hatinya. Dia sampai mengikuti Aida, ke tempat Aida biasa nongkrong, sampai ke perpustakaan atau kelas dimana Aida kuliah.
Tentunya Aida tida begitu menyadari ada seseorang yang kala itu memperhatikan dan mengikuti kemana ia pergi.
Sampai pada akhirnya ada moment dimana Adho dapat menegur dan mengobrol dengan Aida, “Sorry, tugasnya minggu lalu apa ya?” dengan berani dan sedikit malu – malu Adho memberanikan diri bertanya pada Aida.
“Iya jadi kia disuruh bikin advertising strategic plan untuk produk apa aja,” jawab Aida sambil tersenyum dan tersenyum kepada Adho.
Berawal dari situlah mereka dekat. Setelah bertanya mengenai tugas itu, berlanjut dengan saling bertukaran pin bb, nomer telfon, sampai Adho pada akhirnya mendapatkan twitter dan facebook Aida.
Saat itu Adho merasa mendapatkan angin segar untuk mendekati Aida untuk menjadi kekasihnya. Sikap hangat dan keramahan Aida membuat Adho merasa mendapatkan harapan positif dari wanita itu.
Sampai pada akhirnya Adho melihat display picture bbm Aida berpelukkan dengan seorang laki – laki dan tentu dengan status “Love you too Koala”. Adho shock seketika saat itu. Dia tidak menyangka kalau gadis yang selama ini sudah menarik perhatiannya itu sudah memiliki kekasih.
Setelah mengetahui hal tersebut perlahan – lahan menjauh dari Aida. Sakit hati dan bingung harus bagaimana harus bersikap kepada Aida saat itu.
Namun, berbeda dengan Aidha. Ia nampak sampai dan tetap menghubungi Adho seperti biasa. Baginya Adho merupakan kawan yang asyik dan nyambung.
Lama – lama Aida kebingungan sendiri dengan perubahan sikap Adho yang terlalu drastis menurutnya. Sudah tidak pernah mengajaknya makan, tidak pernah mengonteknya untuk sekedar menanyakan tugas. Rangkaian berbagai pertanyaan kini berkemuruh dalam pikirannya.
Tanpa ragu Aida menanyakan langsung kepada Adho, “Dho, gue ada salah ya sama lo?”
“Ah, enggak koq. Kenapa emangnya?” jawab Adho terbata –bata. Dia kaget saat Aida menanyakan hal itu secara langsung padanya saat mereka baru selesai mata kuliah satu kelas itu.
“Enggak, jujur aja lagi. Lo sekarang udah gak pernah ngontek gue. Udah jarang nongkrong bareng. Gue kenapa sih?”
“Enggak. Gue cuma lagi ribet aja sama skripsi gue.”
Tentu saja Adho merasa tidak enak hati saat itu. Bagaimana bisa dia dapat jujur kepada Aida mengenai hal apa yang membuatnya bersikap demikian. Dan pada akhirnya mereka kembali lagi nongkrong dan makan siang bersama.
“Hmm,” Adho menyalakan rokok dan menepis rasa ragu dan malu – malu untuk bertanya, “itu yang di dp lo waktu itu cowok lo ya?”
“Iya Dho,” jawab Aida enteng sambil mengeluarkan asap rokok dari bibir mungilnya, “namanya Faisal. Udah dua tahun gue sama dia.”
“Ooh,” jawab Adho singkat. Tentu dia tidak tertarik dengan topik pembicaraan itu kalau dilanjutkan.
Kening Aida mengerut. Tatapannya tiba – tiba menjadi lirih dan kelihatan sedih. Tentu Adho menjadi bingung sendiri melihat reaksi tiba – tiba dari Aida.
“Lo, kenapa Da?”
“Gue selama ini bingung sama Faisal,” Aida menjawab dengan nada lirih, “gue sayang sama dia. Dia juga sayang sama gue. Tapi gue bingung, selama dua tahun berhubungan sama dia, gue udah dua kali nge-gep-in dia selingkuh. Terakhir kemarin gue nemuin dia bbm-an sayang-sayangan sama cewek. Tiap gue putusin dia gak mau. Pernah gue mutusin dia, eeh dia malah berdiri gak pulang – pulang depan rumah gue.”
“Lah, itu sih gak tahu dianya yang goblog atau elo nya yang goblog sih. Udah tahu diselingkuhin bukannya putus aja.”
“Ya, gue juga maunya gitu. Tapi dia selalu bisa deketin hati nyokap gue. Gimana gak orang tua meng-support dia tuh nyokap gue.”


“Susah juga sih yah.”
Aida yang sudah percaya Adho, oleh karena itu dia berani mengutarakan apa yang menjadi masalahnya saat itu. Aida selalu bercerita kepada Adho, dari saat dia sedang senang dengan kekasihnya sampai saat paling menyedihkan dan menyakitkan untuknya.
Pada bagian yang paling menyedihkan dan menyakitkan, Aida bisa menangis sampai memeluk Adho saat itu. Dia sudah menganggap Adho sebagai sahabat yang paling dekat, bahkan dia menganggap Adho sudah sebagai kakaknya.
Adho tentu merasa sakit kala itu, tapi dia menyingkirkan egonya. Dia memilih untuk menjadi pendengar, penasehat, dan pelipur lara yang baik. Tentu dia juga merasakan sedih juga manakala melihat orang yang selama ini dicintainya menangis.
Biasanya setelah mencurahkan perasaan dan bercerita semua masalahnya kepada Adho, Aida bisa merasa senang dan sejenak melupakan beban dan masalahnya. Kebiasaan Adho yang selalu bisa menghiburnya dan menjadi alasan tersendiri mengapa Aida selalu curhat kepada Adho.

Dan pada suatu hari Aida mengajak Adho untuk jalan bareng dengan teman – temannya ke sebuah cafe di kawasan tempat berkumpulnya anak – anak gaul ibukota.
Adho yang kala itu memang sedang bad mood mau – mau saja diajak jalan sama Aida. Dia berfikir mungkin dengan mereka jalan dan nongkrong bersama Aida dan kawan – kawannya dapat membuatnya refreshing sejenak dari masalahnya.
Mereka larut dalam berbagai obrolan dan saling tertawa satu sama lain menceritakan beraneka macam topik. Adho sudah merasa teman – teman dari Aida cukup asik dan nyambung, dari mulai film, musik, politik, sampai hal – hal yang hanya sekedar jokes saja.
Sampai pada akhirnya Aida berkata disela –sela perbincangan hangat itu, “Adho ini orangnya asik deh. Dia selalu bisa bikin gue ketawa pas gue punya masalah sama Faisal. Asli kaya boneka, pelipur lara gitu. Abis gue curhat, selalu aja ada hiburan. Pokoknya lo semua gak rugi deh kalo curhat sama dia!”
DEG! Adho menoleh pada Aida. Tatapannya tajam dan singit kepada orang disebelahnya itu.
Suasana berubah menjadi dingin. Semua orang yang ada di meja itu melihat perubahan sikap Adho yang mendadak itu.
Brak! Adho memukul meja, “Jadi selama ini gue Cuma lo anggap sebagai boneka dan pelipur lara lo doank saat lo sedih? Jadi selama ini lo Cuma anggap gue sebagai penghibur! Brengsek lo emang!”
“Elo kenapa sih Dho? Gue gak ngerti.” Aida kaget dan bingung atas sikap Adho yang demikian berbeda dari biasanya. Dia tidak menyangka bahwa Adho akan bersikap demikian.
Adho langsung berdiri dan menunjuk wajah Aida, “GUE BUKAN BONEKA LO! CAMKAN ITU”
Adho langsung meninggalkan meja dan berlalu keluar dari cafe itu. Sementara semua tamu melihat kearan meja Aida dan kawan – kawannya dengan tatapan penuh tanda tanya, nyinyir, dan penasaran akan apa yang terjadi.

2 komentar:

  1. true story :D. Kebanyakan cowok pernah ngalamin ini. Hehe

    BalasHapus
  2. Habis itu Adho ngerasa bersalah, terus ngajak baikan sama Aida. Tapi Aida nggak mau. Eh, tapi Aida nge-gap Faisal selingkuh lagi. Aida butuh Adho tapi dia nggak mau nyakitin Adho sebagai bonekanya lagi. Makin ruwet kan?

    BalasHapus