Senin, 20 Mei 2013

Umroh Part I



Tahun 2o12 lalu aku selalu berdoa pada Tuhan ketika aku beribadah kepadaNya untuk dapat menjalankan ibadah yang selama ini aku idam – idamkan. Saat itu aku hanya dapat berdoa dan berharap untuk dapat menginjakkan kaki di Tanah Suci Mekkah.

“Ya Allah, aku tahu aku tidak mempunyai uang yang cukup untuk Umroh. Tapi aku mohon padaMu ya Allah untuk dapat melaksanakan berkunjung ke rumahMu.” Sedikit penggalan doa yang aku selalu ucapkan setelah sholat atau sedang berdoa. Doa tersebut juga aku panjatkan pada saat pergantian tahun 2012 menuju 2013.


Aku ingin melihat Ka’bah, aku ingin tahu Mekkah dan Madinnah, aku ingin tahu bagaimana bentuk kekuasaan Allah yang dilimpahkan kepada Nabi – Nabi yang diamanatkan untuk menyampaikan kebenaran kepada seluruh umat Manusia.
Aku ingin melihat makam Rasullulloh SAW. Aku ingin merasakan ibadah di tempat turunnya Agama Islam. Aku ingin merasakan pengalaman yang sudah dirasakan oleh teman – teman, saudara, dan kerabat yang telah melaksanakan ibadah umroh atau haji.


“Paspor mana, paspor?” tanya Ayah tiba – tiba saat aku berkunjung ke rumahnya. Memang kami sudah tidak tinggal serumah lagi sejak perceraian orang tuaku, saat ini aku tinggal bersama Mama. Dan memang tiap seminggu sekali, aku pasti ke rumah Ayah.
“Hah? Buat apaan?” tanya aku bingung.
“Mau apa enggak?”
“Mau apaan?”
“Udah mana cepetan, besok anterin passpornya!”

Beberapa dialog itu pun terjawab ketika gue ulang tahun ke 23, tanggal 14 Februari lalu. Gue bener-bener kaya mendapatkan keajaiban. Doa gue dijabah sama Allah SWT untuk dapat menjalankan ibadah Umroh ke Tanah Suci saat liburan semester ganjil.

Singkat cerita, gue akhirnya berangkat ke Tanah Suci sama Bokap dan Adik gue. Gue mengalami banyak keajaiban yang memang tidak gue sangka-sangka banyak banget yang terjadi.
Gue menangis saat gue pertama kali menginjakkan kaki di Masjid Nabawi, kota Madinnah. Masjid yang konon paling indah di dunia itu. Gue gak menyangka kalau gue akan secepat ini menginjakkan kaki disana.

Hampir setiap saat sholat di Masjid Nabawi gue gak bisa berhenti nangis saat gue memanjatkan puji dan syukur gue kehadirat Allah SWT, karena dengan jalanNya gue dapat berkunjung dan berziarah ke Makam Rasullullah SAW.

Gue baru tau apa itu Roddah ketika gue sampai Madinnah. Ternyata Roddah adalah bangunan pertama kali Masjid Nabawi bersebelahan dengan makam Rasullulloh SAW dan terdapat mimbar tempat Rosul melakukan ceramah . Menurut beberapa ahli agama, apabila dapat menunaikan ibadah sholat sunnah ataupun wajib disana akan mendapatkan pahala. Ciri khas Roddah adalah memiliki warna karpet yang berbeda sendiri dengan tempat sholat lainnya di Masjid Nabawi. Apabila di tempat sholat lainnya karpet sholat berwarna merah emas, pada bagian Roddah berwarna hijau emas.
Pada hari Jum’at, tepatnya hari ke-2 gue kesana, gue dan rombongan jamaah mencoba untuk dapat menunaikan ibadah sholat sunnah dan sholat Jum’at di Roddah. Sudah berjalan cukup jauh dari pintu belakang Masjid menuju bangunan paling depan Masjid Nabawi tersebut dan kita gagal.
Keesokkan harinya gue dan jamaah lainnya menikmati perjalanan mengelilingi kota Madinnah. Kita ke Masjid Quba, Masjid Dua Kiblat, Padang Uhud, dan Kebun Kurma. Mungkin karena kelelahan dengan perjalanan Bokap dan Adik gue kelelahan, sehingga setelah perjalanan mereka tidak mau menunaikan ibadah sholat ashar di Masjid Nabawi. Gue akhirnya memutuskan untuk sholat ashar dan berjalan sendirian ke Masjid Nabawi. Jujur gue juga capek, mengingat kurang istirahat dan memang tubuh juga kurang fit.
Awalnya gue tidak ada niat untuk Roddah saat itu. Tapi pas gue lihat jam tangan, ternyata ashar masih 1 jam lagi, dan entah kenapa terlintas dalam benak gue untuk iseng mencoba sholat ke Roddah.


Gue berjalan menuju Roddah sambil sholawat, dzikir, membaca al-fatihah, dan ayat kursi dalam hati gak berhenti-berhenti. Dan Subhanallah, gue berhasil menginjakkan kaki di Roddah saat gue sadar kaki gue sudah ada di dalam karpet berwarna hijau dan tepat di depan mimbar Rosul. Menuju Roddah juga bukannya tidak ada halangan, ribuan orang Arab maupun orang dari negara lain ingin dapat sholat disana dan mendapatkan pahala dari sang Illahi. Gue sempet kena body orang Mesir, dan kaki kanan gue yang gue pake untuk nahan badan supaya gak jatuh sampai terkilir.
Tapi Alhamdulillah gue dapat menunaikan sholat di Roddah, dan tentunya gue menangis haru karena Allah telah menjabah doa gue langsung, “Ya Allah, aku tak tahu kapan lagi dapat menginjakkan kaki disini. Aku mohon ya Allah, izinkan aku untuk dapat menunaikan sholat di Roddah.”
Selama di Madinnah gue merasa nyaman sekali. Gue merasa kaya orang-orang disana benar-benar menyambut kedatangan para jamaah. Udara yang sejuk dan tata kota yang rapih, dan ditambah dengan orang-orangnya ramah menjadi kenikmatan tersendiri di Kota Nabi tersebut.



Benar apa yang dikatakan dalam cerita Nabi, di kota yang sebelumnya bernama Yasrib itu, masyarakatnya ramah dan hangat. Sampai-sampai saat gue berjalan-jalan disana, gue dipanggil “Syaiful Jamil” atau “Syahrini” atau “Ahmad Dhani”.
Gue dan Adik gue sampai ketawa geli bener-bener deh nih orang Arab disini. Kita gak nyangka aja kalo Indonesia cukup nge-hits disana, apalagi icon nya kan tiga artis yang emang kita tahu sendiri bintangnya sensasi infotaiment di Indonesia.
Hampir semua pedagang disana bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Mereka benar-benar membuat kami merasa nyaman dan betah selama berada disana.
Ooh Madinnah, Insya Allah aku akan berkunjung lagi kesana. I love Madinnah & Masjid Nabawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar