Jumat, 24 Mei 2013

Umroh Part II

Setelah 5 hari di Madinnah, rombongan berpindah ke kota Mekkah untuk melaksanakan ibadah Umroh. Gue dan jamaah lainnya bersiap menggunakan kain ihrom dan melepaskan celana dalam dari hotel dan menuju Bir Ali terlebih dahulu untuk menunaikan ibadah niat Umroh sesuai dengan aturan agama.

Bisa dibayangkan donk ya, 10 jam perjalanan menuju Mekkah dari Madinnah menggunakan bus AC tanpa celana dalam dan hanya ditutupi oleh kain ihrom dinginnya bukan main. Gue sampe meringkuk di dalam bus karena dinginnya. Selangkangan bukannya dingin lagi, gue rasa sampe menciut itu semua dedek rombongan.
Sampe di Mekkah tengah Malam. Gue shock melihat kota Mekkah yang jauh dari perkiraan gue, kalo Madinnah itu teratur dan tata kotanya benar-benar oke banget sampe-sampe gue betah banget berada disana, orangnya pun ramah-ramah. Tapi kalo Mekkah cenderung agak berantakkan dan disana-sini banyak pengemis (gue bersyukur sama Allah karena tidak menemukan pengemis orang Indonesia).

Karena sampai Mekkah tengah malam, semua jamaah memutuskan untuk melakukan ibadah Umroh tawaf dan lari kecil antara Safa dan Marwah pada pukul 3 pagi, karena semua rombongan kelelahan akibat 10 jam perjalanan dari Madinnah.
Pukul 3 pagi kami gue dan beberapa jamaah berjalan menuju Masjidil Harom menggunakan kain ihrom. Sampai disana gue takjub dan sebenernya pengen nangis lagi. Gue tahan air mata gue karena gue emang gengsi banget mengerluarkan air mata di depan banyak orang apalagi ada Bokap dan Adik gue.
Gue dan jamaah lainnya berjalan pelan dari pintu masuk masjidil Harom menuju Baitul Ka’bah. Sepanjang berjalan m,enuju sana gue menahan air mata gue.
Gila! Gue bener – bener ngerasa Tuhan ada buat gue, doa gue dikabulin. Doa yang selama ini gue fikir Cuma akan jadi sepotong doa dalam setiap ibadah gue, dan gue gak menyangka doa gue akan dikabulin sama Tuhan dengan waktu yang sependek ini.
Singkat cerita gue akhirnya menjalankan ibadah tawaf muterin Ka’bah dan ibadah sa’i dengan mengenakan kain ihram. Lantunan dzikir dan puji – puji untuk Allah dan shalawat gak berhenti gue dan jamaah lainnya lantunkan. Ribuan orang ada disana, gak Cuma dari Indonesia, tapi dari negara – negara lainnya.
Gue semangat banget menjalankan ibadah tawaf dan sa’i walaupun kaki gue masih sakit karena terkilir dan ketabrak kursi roda saat di Madinnah beberapa hari sebelumnya. Ibadah yang selama ini gue idam-idamkan dapat gue laksanakan. Doa yang selama satu tahun selalu gue panjatkan kehadirat Allah SWT dijabah.
Ya, selama melakukan ibadah tersebut gue sama sekali gak bisa menangis. Walaupun udah gak tahan pengen nangis melihat Ka’bah secara langung. Kiblat semua umat Islam di seluruh dunia ketika beribadah yang selama ini gue lihat di foto, sejadah, TV, tapi sekarang gue bisa lihat langsung ciptaan Tuhan yang dibangun pada masa Nabi Ibrahim tersebut, pusat sejarah dan keajaiban Agama Islam itu.
Siang harinya gue mengalami sebuah keajaiban ketika mau menjalankan ibadah sholat dzuhur. Ketika tawaf dan Sa’i malamnya, gue berdoa supaya kaki gue bisa disembuhkan supaya gue bisa lebih khusyuk beribadah. Dan benar saja, siang itu Allah seakan menunjukkan kuasanya kepada gue.
Kaki kanan dan kiri yang sakitnya luar biasa pada bagian telapak dan mata kaki seketika itu juga mendadak jadi panas. Padahal lantai di depan Ka’bah tersebut dingin kaya es batu, tapi di telapak yang sakit itu mendadak hangat seakan ada yang memanaskan.
Air mata gue mendadak menetes, untung gue selalu bawa sunglasses. Jadi saat gue nangis, sunglasses langsung gue pake. Gengsi juga kali ya nangis ketahuan sama bokap dan adik gue. Gila aja!

“Ya Allah, aku bersyukur padaMu atas semua berkah dan karuniaMu karena mengabulkan doa Hamba. Aku ingin agar Ibu Hamba dapat merasakan juga nikmat yang hamba rasakan saat ini.” sepotong doa yang selalu gue panjatkan di depan Ka’bah. Nyokap selalu pengen untuk naik haji, tapi mungkin belum rezeki beliau belum diundang sama Yang Punya Kuasa untuk berkunjung ke Tanah Suci.
Beberapa nama yang minta didoakan pun gak luput dari ingatan gue. Sepupu, dosen (sekarang jadi dosen pembimbing skripsi), sahabat, dan semua orang yang gue sayang selalu gue doakan.

Seakan Tuhan tidak berhenti menunjukkan kuasanya kepada gue_____, hari kedua di Mekkah gue kembali diberikan anugrah terindah dalam hidup gue.
Semua orang yang menjalankan ibadah Haji atau Umroh ketika di depan Ka’bah sama – sama memiliki keinginan yang sama, yaitu dapat mengusap atau mencium batu Hajjar Aswat.
Sehari sebelumnya gue mencoba, dan gagal. Dan hari itu gue kembali mencoba untuk dapat mencium batu yang gue dan umat Islam lainnya dikirimkan Tuhan dari Surga. Batu yang dikenal wangi dan berukuran kecil, dan terletak di sudut Ka’bah dekat dengan pintu baitul qibla’.
Gue bareng sama adik gue untuk mencoba mendekati batu Hajar Aswat yang sudah dikerumuni oleh banyak orang. Akhirnya gue terpencar sama adik gue. Entah mengapa seakan ada yang membisikkan gue untuk tawaf sekali lagi, dan perlahan menuju pinggiran Ka’bah.
Gue tawaf sekali lagi dan coba menelusup dari pinggir dan bukan dari tengah. Kala itu gue sambil berdoa, “Ya Allah, aku tidak tahu kapan lagi aku akan kesini. Aku mohon izinkanlah aku mencium batu Hajjar Aswat dengan kuasaMu dan keajaibanMu.” Dzikir dan lantunan pujian – pujian kepada Allah tidak berhenti gue panjatkan saat itu.
Gue mengantri dari tepian Ka’bah, menelusup ke sela – sela tubuh orang – orang (sumpah baunya bawang busuk). Lalu entah gimana caranya wajah gue udah sampai di depan hajjar Aswat, dan kepala gue didorong sama orang – orang dibelakang gue sampai gue dapat mencium tiga kali batu Surga Allah itu.
“SUBHANALLAH!” kata itu keluar dari mulut gue berbarengan dengan banjir air mata saat melepaskan diri dari hajjar aswat. Seketika itu juga gue langsung pake sunglasses, dan tawaf berdoa memanjatkan puji syukur. Gue mendekatkan diri lagi ke dinding kabah dan menangis disana.
Saat di Hinjir Ismail (bagian dari Ka’bah yang konon tempat dipenggalnya Nabi Ismail AS oleh Ayahnya Nabi Ibrahim AS, dan seketika itu berubah menjadi kambing), ada wanita India yang mengusap bahu gue yang kala itu sedang menangis. Gue makin merasa Allah selalu ada untuk hambanya. Gue semakin yakin dengan keberadaan Allah sebagai Tuhan yang patut disembah oleh semua umat manusia.

Selama menjalankan ibadah Umroh tersebut gue selalu terbayang – bayang berbagai dosa yang selama ini gue lakukan di Jakarta. Gue Cuma bisa berharap Allah akan mengampuni dosa gue. Gue juga berharap supaya semua doa – doa dan harapan gue selama Umroh di Tanah Suci tersebut dapat dijabah Allah dan menjadi kenyataan.
Dan saat ini gue kangen banget sama semua keadaan di Tanah Suci. Gue kangen sama Madinnah dengan Masjid Nabawi, Masjid Quba, dan keramahan masyarakat setempat. Gue kangen sama Mekkah dengan panasnya, Masjidil Harom, dan berbagai hal mengenai Agama yang selama ini gue anut.
Semoga Allah mengizinkan kembali gue untuk bertamu ke Negara Saudi Arabia dan menikmati nikmat Allah yang penuh dengan pengalaman berharga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar