Minggu, 09 Juni 2013

Balada Cant Move--On

Hari demi hari berganti
Waktu terus berjalan tanpa ada bisa yang menghentikan
Musim terus berganti seiring perputaran bumi pada porosnya
Ada kalanya hari begitu cerah,
dan ada kalanya hari begitu mendung dan disesaki angin bergemuruh

Waktu berganti seiring berjalannya roda kehidupan
yang seolah memaksa mencari hikayat sebuah sandiwara pada plot – plot duniawi
Tidak ada yang mengetahui dengan pasti dengan siapa kita akan hidup kelak.

Perasaan di hati
pikiran di otak tidak dapat berubah
Akan selalu teringat dengan apa yang sudah dilalui.

***

Banyak yang mengatakan di social media kalau perempuan akan lebih sulit move-on dibandingkan dengan laki – laki. Banyak yang menganggap kalau hal itu dikarenakan perempuan lebih mengandalkan perasaannya dibandingkan menggunakan logika sebagai prioritas pengambilan keputusan atau sebagai sudut pandang.
Namun pernyataan diatas tidak berlaku bagi Sakti, seorang lelaki muda, berpenampilan menarik, lulusan perguruan tinggi terkemuka di Indonesia, dan sudah bekerja di salah satu perusahaan multinasional dibidang periklanan.
Sejak Reyna pergi meninggalkannya dan memilih untuk menikah dengan orang lain, hari – harinya kini sudah tidak seindah dulu lagi. Tidak ada keceriaan. Tidak ada sentuhan – sentuhan yang dapat menyemangati hari – harinya. Yang ada hanya tuntutan sebuah kewajiban yang dianggapnya harus ia penuhi.
Hubungan yang dia bina dengan Reyna selama lima tahun berakhir sia – sia. Sebuah tragedi pribadi menghantam hubungan pasangan itu. Kepercayaan yang selama ini Sakti berikan kepada Reyna dihancurkan.
“Aku Hamil Sakti.” Reyna memecah keheningan di dalam mobil malam itu.
Sakti tercengang kaget tidak percaya dengan apa yang dikatakan kekasih yang dicintainya itu, “Anak siapa? Apa itu anak aku?” memang hubungan asmara mereka berdua selalu diwarnai dengan hubungan intim layaknya suami – istri, “Selama kita melakukannya aku kan selalu pakai pengaman. Gimana kamu bisa hamil?”
Reyna mengambil nafas dalam – dalam. Berat baginya untuk dapat mengakui segalanya. “Ini buknn anak kamu!” air mata mengalir dari perempuan cantik itu.
Serasa disambar petir saat itu, Sakti memelototkan matanya tidak percaya dengan jawaban perempuan yang selalu menjadi sumber semangatnya, “Apa? Jadi itu anak siapa? Dengan laki – laki mana lagi kamu melakukannya?”

Seakan trauma dengan pengkhianatan, sulit bagi Sakti untuk dapat memulai sebuah hubungan baru kembali. Perempuan yang menjadi penyemangat dirinya untuk kerja keras guna mendapatkan uang banyak yang kelak akan dinikahinya harus meninggalkannya. Kepercayaan yang selama ini dia berikan disia – siakan begitu saja.
Malam – malam setelah kejadian tersebut kerjanya hanya mabuk – mabukkan. Tidur dengan perempuan yang berbeda hampir setiap malam. Kalau tidak begitu, dia akan larut dalam pekerjaannya. Berusaha menyibukkan diri adalah salah satu pengalihan pikirannya yang selalu memikirkan Reyna.
Tidak ada cinta lagi baginya. Kesetiaan hanya omong kosong. Perasaan yang hancur membawanya pada kenyataan yang amat sangat pahit. Pikiran negatif kepada perempuan dan kesetiaan tertanam dalam pada dirinya.
Dia tidak dapat mengungkiri kalau perasaannya masih hanya dan selalu untuk Reyna. Perempuan yang selama bertahun – tahun menemani hari –harinya. Perempuan yang menjadi alasan untuk dia berubah menjadi kearah yang lebih baik. Perempuan yang tidak dia sangka menghancurkan kesetiannya.
Terkadang dia selalu bertanya pada dirinya sendiri sampai kapan semua ini berakhir. Hidupnya tidak sehat lagi. Kenyataan yang harus ia hadapi seakan tidak mampu dia hadapi. Sakti ingin move-on, dia ingin melupakan Reyan. Dia ingin tidak ada lagi bayang – bayang Reyna. Dia ingin bisa kembali mencintai perempuan lainnya, bukan hanya menjadi pelampiasan nafsu duniawi belaka.
Walaupun sudah menyibukkan diri dengan pekerjaannya, dia tetap tidak mampu menghapus bayang – bayang Reyna. Meski kariernya terus berkembang, namun dia tetap merasa kesepian dan terjebak dalam kenangan – kenangan manis masa lalu yang tidak mampu dia lupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar