Sabtu, 08 Juni 2013

Sebagian - Sebagian

There’s always something new in a town. New bag, new brand, new shoes, new club, and of course new friends. Apalagi di kota besare seperti Jakarta. Tidak ada yang bisa mengungkiri bagaimana perkembangan kota yang dahulu dijadikan kota pelabuhan pada zaman VOC ini. Selalu ada hal – hal baru dan abstrak di kota ini. Berbagai fenomena sosial tidak biasa hadir dan berkembang di Jakarta.
Fenomena sosial di Jakarta selalu lahir dari akar kebudayaan yang berbeda – beda. Proses akulturasi, asimilasi, enkulturasi, dan westernisasi berkembang di Jakarta sejak jaman penjajahan. Lahirnya budaya betawi pun dipengaruhi oleh budaya – budaya non lokal, seperti; Arab; Cina; dan Belanda. Budaya – budaya tersebut mewarnai berbagai budaya Betawi, dari mulai tari, musik, sampai kepada kebudayaan sosial yang dianut oleh warga Jakarta.
Mungkin diantara kita ada yang mengetahui bahwa budaya – budaya baru tumbuh di Jakarta, dimana budaya – budaya tersebut bertentangan dengan nilai – nilai budaya timur yang berkembang di Indonesia. Sex bebas, penggunaan narkoba, minum minuman keras, adalah beberapa contoh budaya yang seolah – olah mengakar pada kota besar.
Gue tidak munafik bahwa hal – hal tersebut adalah kegiatan yang saat ini dekat sama gue. Lingkungan sosial dari mulai pertemanan bahkan sampai keluarga banyak yang melakukan hal – hal yang dianggap menyimpang seperti diatas. Gue juga tidak munafik untuk mengatakan bahwa gue pernah mencoba melakukan hal – hal itu.
Dari sisi agama, tentu saja budaya menyimpang seperti itu adalah haram dan dosa. Tapi kita tidak bisa mengungkiri bahwa penggunaan Narkoba, Prostitusi, dan Judi adalah hal – hal yang sudah mengakar kuat pada generasi muda.
Gue bukannya membenarkan hal itu, tapi kita tidak usah munafik dari berbagai aktivis, pemuka agama, pelaku budaya dan pendidikan, bahkan tokoh masyarakat lainnya pernah terjerembab dalam kegiatan – kegiatan yang tidak sesuai dengna nilai budaya ketimuran.
Gue tidak mau membenarkan hal itu. Sebagian dari diri gue menolak budaya – budaya yang tumbuh di masyarakat luas itu benar adanya. Sebagian diri gue juga menolak akan adanya penyimpangan -= penyimpangan sosial.
Dari berbagai cerita – cerita dengan latar belakang agama selalu kita dengar untuk menjauhi berbagai kegiatan yang dianggap salah. Dalam cerita – cerita itu Nabi selalu mengingatkan kita untuk menjauhi apa yang dilarang oleh Tuhan. Sebagian dari diri gue merasa harus menjauhi berbagai budaya yang tumbuh dan dianggap menyimpang dan tidak sesuai dengan jalan Tuhan.
Di sisi lain gue juga tidak menghindari sebagian dari diri gue menikmati rangkaian dosa – dosa yang ada di jalan syeitan. Gue tidak mau munafik dalam berbagai hal seolah – olah menjadi orang yang sok suci menganjurkan orang lain untuk menghindari hal – hal dosa itu, sementara gue masih suka dan menikmatinya.
Dalam benak gue saat ini gue tidak mau lagi berada di dalam “sebagian – sebagian”. Gue ingin tegas. Gue ingin menghindari budaya dan nilai – nilai yang bertentangan dengan agama dan budaya yang ditanam ke dalam diri gue sejak kecil. Tapi kapan? Sampai tua nanti? Kalau tidak ada kesempatan untuk bertobat bagaiman?
Gue tidak mau terus menjadi boneka – boneka setan yang selalu dikuasai oleh nafsu dunia belaka. Gue tidak mau menjadi orang yang terlena dalam “budaya – budaya baru” yang memang bertentangan dengan “budaya dan ajaran” yang gue anut.
Gue tidak mau menjadi “sebagian – sebagian”, gue mau menjadi “satu”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar