Minggu, 23 Juni 2013

Perempuan Kamuflase

Tangisan pecah dari seorang gadis yang tak sanggup menahan air mata dan teriakkannya yang menggelegar ruangan hampa yang hanya diterangi cahaya lampu dari luar ruangan.
Lelaki bertubuh tegap yang tepat didepannya berusaha memegang tangan perempuan itu, namun ditepis oleh perempuan itu, “Kamu gak perlu pegang-pegang aku lagi! Aku jijik sama kamu! Kamu anggap aku ini apa?”
“Aku bisa jelasin semuanya, aku sayang kamu Lana,” lelaki itu terus berusaha meyakinkan perempuan di depannya walaupun tangannya ditepis oleh perempuan itu.
“Astaghfirullah, kamu masih bisa bilang kamu sayang aku? Setelah apa yang udah aku lihat tadi?! Gila kamu!”
Plak!!!
Perempuan itu menampar keras lelaki dihadapannya. Lalu dia menunjuk wajah lelaki itu dengan tatapan tajam dan berusaha mengeluarkan cacian, makian, dan kata-kata kasar lainnya, namun dia tak sanggup lagi berkata-kata.
Perempuan muda itu langsung berlari meninggalkan ruangan tersebut, isak tangis dan air mata tak dapat ia tahan lagi.

***

Setelah kejadian itu Lana merasa hancur, hatinya tidak mungkin lagi menerima Reno apapun alasannya. Dia sudah terlanjur merasa disakiti. Bathinnya berkecamuk, namun ia tidak mampu menumpahkan amarahnya pada Reno.
Jangankan untuk bertemu Reno dan menumpahkan amarahnya. Untuk membayangkan wajah Reno saja ia sudah muak. Ia tidak ingin bertemu lagi dengan kekasih yang sudah dipacarinya selama hampir satu tahun itu.
Tak ada lagi alasan untuk bertemu Reno. Baginya Reno tidak lebih dari sampah yang harus dibuang, bahkan kalau perlu dibakar. Perempuan mana yang sanggup menerima dan berlapang dada setelah ditipu masalah yang benar – benar besar dan tidak akan disangka –sangka.

Lana mengenal Reno di salah satu kursus public speaking yang ia ikuti. Awalnya dia merasa biasa saja dengan sosok tampan Reno yang memang tidak dapat diungkiri. Karena menurut Lana wajah dan ketampanan bukan alasan satu – satunya untuk membuatnya tertarik dengan pria.
Berawal dari pertemuan pertama dan berkenalan, lalu saling keep in touch satu sama lain, membuat dua orang tersebut akhirnya memutuskan untuk memulai hubungan yang lebih dari sekedar teman biasa.
Awalnya Lana cukup ragu akan jalinan asmaranya tersebut. Hal ini dikarenakan profesi mereka yang hampir sama, yaitu sama – sama berkerja dibidang entertainment. Seperti yang diketahui oleh banyak orang, pria pekerja dunia entertainment selalu mendapat cap playboy dari masyarakat, bahkan tidak sedikit yang menganggap pria pekerja seni kebanyakkan juga memiliki penyimpangan orientasi sexual.
Lana berusaha menepis keraguan – keraguan itu dan berusaha tidak mendengarkan orang lain. Lana berusaha mempercayai Reno apapun yang terjadi. Aktivitas yang mereka lakukan selama pacaran pun hampir sama dengan pasangan lainnya, makan, nonton, saling mengantarkan apabila salah satu diantara mereka tengah sibuk dengan job MC ataupun host.
Reno selalu memanjakan Lana dengan segala hal. Membelikan boneka, memberi bunga, hadiah – hadiah lainnya, hal itu lah yang semakin membuat Lana yakin kalau Reno menyayanginya. Belum lagi Reno adalah pasangan yang selalu memberikan perhatian, Lana semakin yakin.
Keraguan yang awalnya muncul pun lama – kelamaan pudar. Lana merasa Reno adalah pria yang tepat, dan dia sudah mulai jatuh cinta pada pria itu. Ditambah lagi Reno selalu pengertian dengan berbagai aktivitas Lana, dari mulai syuting, kuliah, pergi bersama teman – temannya, Reno sama sekali tidak membatasi. Yang penting bagi Reno adalah Lana masih menyempatkan waktunya untuk bertemu walaupun hanya seminggu sekali.

***

Bak petir di siang bolong, Lana merasa dirinya bagaikan tersambar petir. Niat untuk memberikan kejutan kepada Reno berantakan sudah. Bukannya Reno yang merasa terkejut, tapi dirinya lah yang merasa terkejut dan shock.
Bagaimana tidak, saat Lana pergi ke kost-an Reno dengan membawa bungkusan kado yang berisi jam tangan yang selama ini Reno inginkan namun belum sempat dibeli. Lana membelikan jam tersebut sebagai hadiah memperingati delapan bulan mereka jadian.
Lana sempat kaget karena tumben sekali pintu kost’an Reno tidak dikunci. Tumben ini anak gak ngunci pintu. Pasti dia lupa deh. Lana sedikit ragu membuka pintu itu, pelan – pelan ia buka dan masuk ke dalam kamar Reno.
Ketika dia masuk, dia melihat kamar mandi kosong, pasti Reno masih tidur deh, pikirnya dalam hati. Dia tersentak mendengar suara aneh, terdengar seperti orang yang sedang ciuman. Hah? Apa mungkin Reno selingkuh? Anjrid, gue gepin langsung!
Dia berjalan mengendap – ngendap melewati lorong kecil kamar itu. Dan alangkah terkejutnya dia. Dia melihat Reno, kekasihnya itu tengah bercumbu dengan seseorang. Yang lebih membuatnya terkejut adalah orang yang bercumbu dengan Reno adalah seorang laki – laki.
BRAKK!!!
Benda yang dibawanya terjatuh dari tangannya. Hal ini membuat kaget dua orang laki – laki yang sedang memadu nafsu binatang itu.

***

Sudah berhari – hari Lana terlarut dalam emosi yang tidak menentu. Dia selalu melamun saat tidak mengerjakan apa – apa. Lana benar – benar merasa depresi. Dia tidak menyangka kalau kekasihnya yang dipercaya dan disayanginya akan berselingkuh. Bukan sama perempuan, terlebih dengan laki – laki.
Saat sedang berada dikampusnya dan bergegas ingin pulang, ada tangan yang menangkap tangannya dan menarik tubuhnya. Alangkah terkejutnya Lana, kalau tangan yang menariknya itu adalah tangan Reno.
“Lo mau ngapain lagi ketemu gue?” Bentak Lana didepan banyak orang. Tentu saja beberapa orang yang lewat menoleh kearahnya.
“Lana, aku mau jelasin semuanya sama kamu. Tapi gak disini sayang.” Jelas Reno memelas.
Muak, tentu saja Lana rasakan, “Gak usah pake sayang – sayangan. Lo gak inget apa gue udah jijik sama lo!”
Reno semakin keras mendekap tangan Lana, “Please, izinin aku untuk jujur sama kamu.”
Lana memutar bola matanya, wajahnya kini semakin penuh kemarahan. Sesekali dia melihat wajah Reno, “Oke, lo ikut ke mobil gue. Tapi gue gak ada waktu lama – lama! Gue udah bener – bener muak.”
Setelah itu Lana dan Reno berjalan menuju parkiran mobil kampus. Dengan langkah kaki cepat mereka berdua masuk ke dalam mobil. Lana duduk dibangku supir, dan Reno disebalahnya.
“Gue bener – bener gak nyangka! Untung aja lo gak pernah ngewek sama gue!” kata – kata kotor tersebut meluncur dari mulut Lana yang sudah tidak mampu menahan segala emosi yang dia rasakan. “Lo bajingan! Lo sampah! Anjing lo emang!”
“Lana aku minta maaf, ini semua diluar kontrol aku,” perlahan Reno menjelaskan, suaranya lirih. Dia malu dengan apa yang terjadi saat ini. Apalagi dengan kejadian saat Lana melihat dirinya saat itu.
“Gak usah sok banyak alasan deh! Cepetan apalagi? Lo mau terus sama gue? Biar gue bisa jadi perempuan kamuflase lo didepan banyak orang?”
BUK!!!
Refleks tangan Lana menonjok pipi laki – laki yang duduk disebelahnya dengan tenaga penuh amarah. Dia tidak mampu lagi menahan kemarahannya.
Reno menoleh kearah Lana dengan tatapan tajam, pipinya kini lebam. Tonjokkan keras yang dilakukan Lana membuatnya sedikit marah.
“Apa?! Ngapain lo ngeliatin gue kaya gitu?! Itu belum seberapa, harusnya lo itu nerima yang lebih dari gue!” tantang Lana penuh kebencian.
“Aku pasrah kamu mau ngapain aku, tapi aku mohon dengerin aku dulu.”
“Halaaah, emang lo pantesnya pasrah! Sampah kaya elo emang pantes gue gituin!”
Tangisan Reno pecah. Air mata mengalir di wajah tampan indo miliknya itu. “Oke Lana, aku minta maaf sama kamu. Aku gak bermaksud menipu kamu atau membohongi kamu. Aku sayang kamu, honestly aku sayang kamu. . .”
“Taik! Lo gak usah ngumbar sayang – sayangan lagi,” Lana langsung memotong omongan Reno.
“Aku biseks. Aku nafsu sama perempuan dan laki – laki. Selama ini aku gak jujur karena mana mungkin kamu bisa menerima kondisi aku yg seperti ini.”
Dengan cepat tangan Lana membuka pintu di seberangnya, dia sama sekali tidak menghiraukan perkataan Reno. “Sekarang gue keluar dari mobil gua!”
“Tapi Lana. . .”
Kaki Lana refleks menendang Reno untuk keluar dari mobilnya, “Pergi lo! Keluar!” Kaki Lana terus menendang Reno tanpa henti.
Sampai akhirnya Reno yang tidak mampu menahan tendangan Lana pun terjatuh keluar dari mobil. Lana dengan gesit menarik pintu bangku penumpangnya itu dan sedikit mengenai bagian kepala Reno. Di gasnya mobil itu dan meninggalkan Reno yang masih terlingkup di parkiran mobil.
Sesaat Lana memundurkan mobilnya kembali, dia melihat Reno sudah terbangun dari tanah. Wajah Reno yang lecet dibagian dahi dan pipi akibat perbuatannya membuat Lana sedikit puas.
“Gue harap elo jangan pernah nemuin gue lagi! Atau hal ini akan gue sebarin ke semua orang termasuk orang tua lo!” Ancam Lana, setelah membuka kaca mobilnya di depan Reno. Telunjuknya terus menunjuk laki – laki yang menjijikan itu.

1 komentar:

  1. waktu sekolah dulu aku berteman dengan banyak cewe lesbi, beberapa kali ditaksir sama cewe, kalau yang itu masih sampe sekarang hehe.. walaupun beda tapi aku berusaha untuk menghargai mereka sebagai manusia :) tapi kalo aku di posisi Lana gak tau juga deh

    BalasHapus