Jumat, 15 Februari 2013

Cerita Kehidupan - DIa Bukan Istriku!

diilhami dari kisah nyata.


Syamsul, limapuluh tahun, duda tanpa anak. Rizal hidup berpindah-pindah rumah kost setelah perceraiannya dengan Lilyana, istrinya terdahulu yang dinikahinya selama seputuh tahun, dan tanpa satu orang anak pun. Bahkan Lilyana tidak pernah hamil selama perjalanan pernikahan mereka.

Setelah perceraian tersebut Syamsul tidak memiliki pekerjaan tetap. Himpitan ekonomi membuatnya kesulitan untuk memenuhi kehidupannya sendiri. Untuk makan, untuk bayar uang kost, dan untuk kebutuhan sehari-hari yang memang kian meningkat jumlah nominalnya.
Ditambah lagi dengan Syamsul yang kembali pada kebiasaan kehidupannya pada saat muda dulu. Mengenal kembali narkoba; dari mulai ekstasi, sabu-sabu, dan ganja, kembali menikmati clubbing, dan hura-hura bersama kawan-kawan lamanya yang memang berkecukupan dan dapat dibilang kaya raya secara ekonomi.
Sampai akhirnya untuk memenuhi kebutuhan dan kecanduannya akan narkoba, Syamsul memutuskan untuk menjadi bandar ekstasi, sabu-sabu, dan jenis narkoba lainnya. ini semua dilakukannya dengan alasan”keadaan yang memaksa”.

Tidak dapat diungkiri, laki-laki mana yang dapat bertahan hidup sendiri. Apalagi untuk seorang yang berstatus Duda. Kebutuhan biologis, hasrat dan nafsu yang tidak dapat dibendung lagi dialami oleh Rizal. Menyewa perempuan bayaran untuk sekedar memuaskan nafsu duniawinya pun harus dilakukan. Atau paling tidak dia mencari perempuan yang memang mau melakukan hubungan dengan landasan “suka sama suka” dan “saling butuh”.

*****************************

Pada suatu hari Syamsul diundang untuk menghadiri reuni SMP-nya terdahulu. Dia dapat bertemu dengan kawan-kawan lamanya yang memang sudah lama tidak pernah dia temukan. Dia begitu menikmati reuni tersebut, seperti normalnya setiap orang pada saat mereka reuni, bertemu kawan lama dan larut dalam cerita nostalgia, serta saling bercerita pengalaman hidup masing-masing.


Dalam reuni tersebut Syamsul bertemu dengan kawannya saat masih remaja, Anita. Seorang janda dengan dua orang putra. Sosoknya yang mungil, humble, dan sangat asyik ketika berbicara membuat Syamsul nyaman dengan Anita.
Anita juga merasakan hal yang sama dengan Syamsul. Dia merasa nyaman saat berbicara dengan Syamsul. Tidak bisa diungkiri, Anita juga sangat menyukai sosok Syamsul yang memang walaupun sudah berkepala lima, tetap dendy dan keren. Wajah khas oriental, kulit putih bersih, dan metropolis, sungguh memang idaman setiap wanita secara tampilan fisik.


Singkat cerita, kedekatan Syamsul dan Anita kian hari semakin terasa dekat. Mereka tidak pernah putus berkomunikasi, baik melalui telepon, bbm, sms, ataupun bertemu langsung. Perasaan nyaman yang dimiliki satu sama lainpun semakin tumbuh diantara perasaan masing-masing. Bagaikan Janda –Duda yang sedang dimabuk cinta, pada puber yang kesekian kalinya.


Beberapa bulan setelah mereka kenal satu sama lain dan menjalin hubungan. Syamsul memutuskan untuk menikahi Anita. Pernikahan tersebut berlangsung tertutup dan dirahasiakan dari keluarga masing-masing pihak. Tentu saja ini keinginan Syamsul.


Walaupun sudah menikah, Syamsul dan Anita memilih untuk tinggal beda atap. Pernikahan rasahasia ini menuntut Anita harus menjalani rumah tangga barunya dengan hidup berlainan rumah. Mungkin, Anita menerima ini semua karena dia mengetahui suaminya tersebut belum cukup mapan untuk membeli rumah sendiri. Dan alasan lainnya adalah, tentu dia harus menerima keinginan Syamsul untuk dapat merahasiakan pernikahan mereka.

Dengan kebiasaan Syamsul yang ketagihan narkoba terutama sabu-sabu dan ekstasi yang menimbulkan efek emosi meningkat dan sensitif setelah pemakaiannya. Syamsul menjadi seorang pemarah dan Anita yang selalu dijadikan bantalan kekesalannya. Pertengkaran dibalut dengan kekerasan fisik dan mental harus diterima oleh Anita.


Status pernikahan mereka yang dirahasiakan membuat Anita pernah tidak diakui oleh Syamsul. Ditambah lagi dengan keadaan setelah pernikahan kedua kalinya tersebut dia kehilangan sosok Syamsul saat sebelum pernikahan berlangsung. Padahal dia sudah mengabdikan dirinya sebagai seorang istri. Walaupun tidak tinggal satu atap, Anita setiap hari membuatkan sarapan, makan siang, dan makan malam untuk Syamsul dan mengantarkannya ke kost-an laki-laki itu.


Ucapan-ucapan kasar, kekerasan fisik dan mental yang diterimanya, ditambah lagi dengan tidak diakui sebagai istri membuat hati dan perasaan perempuan ini tidak tahan. Dia menemui salah satu kakak Syamsul dan menceritakan semuanya. Dari awal bertemu Syamsul, pernikahannya yang dirahasiakan, dan semua perlakuan kasar yang kerap kali diterima olehnya.

Kakak Syamsul yang tidak terima dan merasa kasihan dengan Syamsul langsung menegur laki-laki itu, dan memberitahukan masalah tersebut kepada kakak-kakak kandung lainnya. Mereka semua amat menyesalkan perilaku Syamsul yang seenaknya kepada Anita.

Sampai suatu saat kakak pertama dari Syamsul yang memang sudah tua renta menanyakan hal tersebut kepada Syamsul, “Sul, benar atau enggak sih? Sudah akui saja,” tegurnya secara halus sambil memegang bahu Syamsul.
“Enggak! Buat apa ikut campur urusan Syamsul! Semua yang kita lakukan adalah privacy dari kita! KITA TIDAK PERNAH MENIKAH! DIA BUKAN ISTRI SYAMSUL!” jawab Syamsul dengan bentakkan yang keras dan emosi yang tinggi.
Pertengkaran antar saudara pun berlangsung saat itu. Akhirnya kakak perempuan Syamsul yang memisahkan pertengkaran tersebut. Apalagi Syamsul yang membentak-bentak kakak sulungnya dengan penuh emosi.



Setelah kejadian itu Syamsul langsung menyuruh Anita untuk menghampirinya. Setelah Anita datang, Syamsul langsung memarahi dan membentak-bentak istrinya itu. Sampai akhirnya dia mengambil piring, gelas, dan apapun yang didekatnya lalu dibanting sampai pecah.
Apa yang dapat dilakukan Anita? Hanya menangis dan tegar dengan keputusan hidupnya tersebut. Membersihkan bekas pecahan-pecahan piring dan gelas dengan tetesan air mata yang tak kunjung habis dan rasa sakit atas semua yang dia terima.


Cinta, ya cinta. Mungkin itu alasan Anita dapat menerima semua ini. Ditambah lagi dengan perasaan yang tidak mau gagal untuk kedua kalinya dalam berumah tangga.

***********************

Malam itu Syamsul mengadakan pesta narkoba dikamar kost-annya. Dia menggelar pesta tersebut dengan dua orang perempuan yang memang sudah berlangganan membeli sabu-sabu, ekstasi, H-5, dan lain sebagainya.
Semalaman suntuk mereka larut dalam kenikmatan syaitan tersebut. Fly, enjoy, dan ditambah dengan musik-musik yang semakin membuat mereka semakin merasakan kenikmatan duniawi sesaat itu.


Tok! Tok! Tok!
Tepat pukul 05.00 pagi ada yang mengetuk pintu kamar kost Syamsul dengan keras.


Syamsul dan dua orang perempuan itu langsung tersentak. Syamsul dengan emosi tinggi langsung bangun dari duduknya dan membukakan pintu, dia mengira kalau itu Anita. Dia sudah ingin memaki istri yang tidak pernah dianggapnya itu.
“HAH?!” alangkah kagetnya Syamsul. Bukannya Anita yang ada didepan mukanya saat itu. Melainkan tiga orang sosok laki-laki dengan seragam polisi. Polisi-polisi itu langsung menyergapnya.
Salah seorang dari mereka mendekap tangan Syamsul, dua orang lainnya langsung menggeledah kamar yang tidak begitu besar itu.
Syamsul dan dua perempuan itu tentu saja panik dan shock. Apalagi mereka baru saja selesai berpesta dan belum sempat membereskan perlengkapan sabu-sabu mereka. Bong, korek, dan sisa sabu yang belum dibakar terhampar dimana-mana.

Barang bukti sabu-sabu sepuluh ji, tiga strip H-5, dan beberapa butir ekstasi membuat Syamsul tidak dapat mengelak lagi. Dia dipukuli habis-habisan saat itu, dari mulai dikamar kost-annya, saat di mobil yang membawanya, dan sampai-sampai di kantor Bareskrim pun Syamsul dipukuli oleh polisi-polisi.
Semua barang Syamsul di kamar kost-annya habis tidak bersisa, dari mulai uang tunai, parfume ber-merk, sepatu, dan baju branded semuanya habis disita. Yang tersisa hanya pakaian seadanya dan benda-benda yang tidak bernilai plus secara ekonomi.


Anita yang mengetahui hal itu tidak tinggal diam. Walaupun Syamsul amat kasar kepadanya dan tidak pernah mengakuinya sebagai istri, Syamsul tetap suami yang dicintainya. Dia meminta pertolongan pada kakak Syamsul.
Bahkan Anita sampai mengeluarkan uang yang tidak sedikit jumlahnya untuk mengurangi barang bukti yang ditemukan polisi pada surat penangkapan. Yang tadinya sepuluh ji, menjadi empat setengah ji. Dari yang tadinya ada tiga strip H-5, menjadi tidak ada.
Dan selama Syamsul ditahan, Anita hampir tidak pernah melewatkan harinya untuk menjenguk suaminya tersebut. Dia rela bolak-balik ke penjara khusus pengguna dan pengedar narkoba itu hanya sekedar untuk menjenguk, menghibur, dan membelikan semua kebutuhan-kebutuhan Syamsul.


Walaupun tidak pernah mendapatkan pengakuan dari Suaminya, Anita tetap memiliki beban moral untuk mengabdi pada Syamsul yang sudah menikahinya. Dia tetap menjalankan tanda baktinya sebagai seorang Istri apapun kondisi yang dialami oleh suaminya. Dia mengerti bagaimana beban perasaan Syamsul yang memang sedang terpuruk.

Apakah Syamsul tetap menutup mata dan tidak mengakuinya sebagai seorang istri? Anita sungguh tidak peduli. Dia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Surga Allah yang diincarnya saat ini.
Ia hanya dapat berharap, semoga kelak Syamsul dapat menyadari semua kesalahan dan kekeliruannya selama ini. Dan ia pun berharap semoga suaminya dapat mengakuinya sebagai seorang istri pada keluarga besar Syamsul.


Mungkin ini cobaan dan karma yang harus diterima Syamsul yang memang sudah melakukan banyak kesalahan. Dari mulai terjerembak dalam hingar bingar Narkoba, Menikahi seorang Wanita tanpa mengakuinya sebagai istri, membentak dan membuat konflik dengan keluarga besarnya sendiri.

1 komentar: