Minggu, 10 Februari 2013

Kami Juga Memiliki Arti

Kaum Gay selalu merasa didiskriminasi oleh masyarakat luas karena perbedaan orientasi sexual kami yang menyimpang. Kami selalu menjadi bahan olok-olokkan, dan selalu menjadi bahan gunjingan.

Memang beberapa diantara kami ada yang memutuskan untuk menjadi Pengamen Waria lampu merah dan juga mangkal di Taman Lawang. Tapi bukan berarti bahwa semua kaum minoritas seperti kami dapat disamakan dan diremehkan satu sama lain.
Memang, yang kami alami dan kami perbuat saat ini tidak sesuai dengan norma asusila dan norma agama di Indonesia. Apalagi bisa dikaitkan dengan kisah Nabi Luth, yang dimana umatnya merupakan “Kaum Sodom” yang dikutuk Allah SWT, karena gemar melakukan hubungan sex sesama jenis.

Kami tahu kami salah, kami juga mau Normal seperti masyarakat atau orang lain. Kami bingung dimanakah sumber kesalahan atas penyimpangan ini. Siapa yang patut kami salahkan? Diri kami sendiri?
“Kalau Boleh Memilih, Saya juga maunya dilahirkan sebagai seorang yang normal. Bukannya seperti ini.” Jawab seorang Designer Muda Indonesia saat diwawancarai oleh pewarta Infotaiment.

Kita juga tidak dapat menutup mata kalau Indonesia juga memiliki kebudayaan sex perilaku menyimpang penyuka sex sesama jenis. Diantaranya ada di Ponorogo, daerah Sulawesi Selatan,dan daerah-daerah lainnya (Kalau Tidak Percaya Anda dapat melakukan investigasi dan penelitian sendiri).

Verbal Violance, sudah biasa kami terima dan jujur terpaksa. Kami selalu diolok-olok oleh orang-orang yang memiliki mulut super cerdas pada saat (kami yang Muslim) berniat melaksanakan kewajiban Sholat, “Lo Sholat Jum’at juga? Emangnya cewek Sholat Jum’at? Mana Mukenanya?”

Jujur kami merasa marah. Kami sangat tidak setuju kegiatan peribadahan kami berhubungan dengan Tuhan (Habum Minallah) yang kami lakukan disamakan dengan orientasi sexual kami yang menyimpang.

Kalian boleh menghina akan perilaku sexual kami yang menyimpang (walaupun kami tahu itu bukan kami yang menghendaki demikian). Namun, jangan lah sampai kalian menghina kami ketika kami melakukan kegiatan peribadahan kami dengan Tuhan Kami. Kami tetap butuh Tuhan. Dan dalam setiap Kitab Suci Agama manapun tidak ada yang menuliskan bahwa Kaum Gay Seperti kami tidak berhak untuk beribadah dan berdoa.

Dalam kegiatan social, kaum Gay juga juga ikut berkontribusi dalam memajukan Negara Indonesia tercinta ini. Dapat kita lihat adanya kepedulian dari Kaum Transgender yang menyumbangkan Uang Donasi Pembangunan Gedung KPK beberapa bulan lalu. Ini adalah bentuk Apresiasi nyata dari kaum yang selama ini dianggap sebagai sampah di masyarakat.

Menurut penelitian dan Jurnal Psikologi AS, kaum Gay memiliki IQ diatas rata-rata dan kecerdasan yang berbeda dengan orang-orang normal. Talenta dan bakat yang dimiliki oleh Kaum Gay pun dapat dikatakan banyak, apalagi dalam dunia kesenian.
Terbukti dengan banyaknya seniman dari kaum gay. Fashion Designer lokal maupun International kebanyakan juga berasal dari kaum Gay. Dan jangan sedih, Band Rock Morissey adalah Band salah satu band yang beranggotakan kaum Gay.

Kami juga tahu diri untuk tidak meng-expose kegiatan intim kami didepan umum. Mungkin beberapa diantara kami melakukan hal itu. Namun, hanya sedikit sekali diantara kami yang melakukannya. Kami masih menghormati norma asusila dan norma batasan sosial yang berlaku di Indonesia.
Kami hanya berharap masyarakat umum menghargai kami dan menghormati kami, layaknya kami menghargai anda semua. Stop Verbal Violance atau Kekerasan Verbal kepada kami. Hanya itu harapan kami.
Terimakasih.

“Tolong jangan menghina kami. Hargai Kami. Terima Kami. Kami juga masih belajar menerima kondiri dan keadaan kami dengan ikhlas. Ini bukan salah kami, kami tidak menghendaki ini semua.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar