Rabu, 20 Februari 2013

PR Di tengah Masyarakat yang Penuh Perbedaan

Dalam era globalisasi, interaksi antara manusia berlangsung semakin cepat, dinamis, dan menembus batas perbedaan. Perkembangan teknologi komunikasi, kemajuan transportasi berikut tingkat pendidikan dan ekonomi, menjadi pendorong utama semakin lancarnya interaksi antara manusia. Alhasil, kita bisa bertemu, bergaul dengan siapa saja tanpa mempersoalkan asal usulnya. Ragam karakter orang pun akan kita hadapi.



Berbagai perbedaan, baik sosial budaya maupun psikologis tersebut turut mempengaruhi perilaku dalam berkomunikasi. Bagi ‘orang PR’ memahami berbagai perbedaan itu merupakan hal penting dan mutlak. Tapi, persoalannya, apa dan bagaimana seorang praktisi Public relations berperan?



Perbedaan individu akan mempengaruhi cara kita berkomunikasi, baik menyangkut pilihan bahasa yang digunakan, pun gaya komunikasi yang dilakoni. Mau tidak mau kita harus mampu menggunakan bahasa yang bisa dipahami oleh orang yang beraneka ragam. Dewasa ini, menguasai bahasa Indonesia, apalagi bahasa daerah sebagai alat komunikasi, menjadi tidak cukup. Kita harus menguasai bahasa lain, yang biasa digunakan di tingkat global. Bahasa Inggris merupakan alat komunikasi yang minimal harus dikuasai. Syukur-syukur kita pun menguasai pula bahasa asing lainnya.



Perbedaan sosial budaya pun mempengaruhi gaya komunikasi antara setiap individu. Kita pada akhirnya menghadapi orang-orang yang menganut gaya highcontext communication dengan yang low context communication. Secara teori, lowcontext communication, merupakan gaya komunikasi yang biasa dilakukan oleh orang yang suka berbicara blak-blakan,atau langsung pada inti persoalan. Sebaliknya, highcontext communication merupakan gaya komunikasi yang dilakukan oleh orang-orang yang sangat memperhitungkan perasaan pihak lain, sehingga dalam menyampaikan sesuatu kerap tidak langsung ke inti persoalan, alias bertele-tele.



Tentu, tidak ada upaya lain yang harus dilakukan selain memahami, bahwa perbedaan itu merupakan suatu keniscayaan, merupakan realita yang memang tidak bisa dihindarkan karena merupakan konsekuensi dari interaksi antara individu dalam masyarakat.



Sesungguhnya, setiap proses interaksi, apalagi dalam masyarakat yang penuh perbedaan, berujung pada dua pilihan, pertama, bila kita mengelola perbedaan itu secara baik, maka kita akan mendapatkan manfaat yang besar terutama dalam kaitan dengan relasi sosial kita. Atau kemungkinan kedua, perbedaan itu menjadi pemicu konflik yang merusak dinamika dan semangat kerja dalam organisasi/perusahaan. Kemungkinan kedua akan terjadi karena kita tidak memahami dan mengelola perbedaan itu secara baik.



Oleh karena itu salah satu kunci utama untuk bisa menjalin interaksi dalam masyarakat yang berbeda adalah dengan selalu memahami dan menghargai berbagai perbedaan yang kita hadapi. Menunjukkan rasa hormat, toleransi terhadap pihak lain yang berbeda dengan kita, merupakan langkah yang tepat, agar bisa sukses dalam berinteraksi. Kiranya inilah yang menjadi masukan penting bagi praktisi PR dalam tugasnya sebagai fungsi manajemen.



Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR,APR

Ketua Umum Perhumas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar