Rabu, 20 Februari 2013

Cerpen Cinta FRIENDZONE

Dito Mencintai Dini dengan kesungguhan hati. Tak pernah aku dapat melupakannya walaupun aku sudah berusaha untuk melupakan rasa cinta yang tumbuh ini. Karena Dini, Dito mampu bertahan untuk menjalani semua aktivitas dengan riang. Karena Dini, Dito mampu untuk tersenyum.


Sakit, mungkin Dito harus mengakui aku telah menahan rasa sakit ini. Cinta yang tak dibalas terbalaskan rasa yang sama. Cinta yang hanya bertepuk sebelah tangan.


Dito bertemu dengan Dini pada masa-masa awal dia berkuliah. Mereka satu fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Komunikasi di salah satu perguruan tinggi Jakarta. Mereka awalnya hanya berteman saja. Namun, seiring berjalannya waktu Dito harus mengakui kalau bibit-bibit cinta telah tumbuh di dalam dirinya untuk Dini.
Berulang kali Dito menyatakan perasaannya pada Dini, namun Dini tetap tak mau mengiyakan ajakan temannya itu untuk menjalani hubungan pacaran. Selama ini Dini sudah nyaman dengan status dia dan Dito sebagai teman dekat. Dia memang menyayangi Dito, tapi sayang sebagai sahabat, tidak lebih.


Awalnya setelah penolakkan yang pertama kali Dito dan Dini sempat menjauh. Dito sangat canggung apabila bertemu Dini. Dito selalu menghindari Dini, karena dia berpikir kalau Dini menyakitinya, ditambah lagi Dito yang masih malu bila harus bertegur sapa dengan Dini, apalagi harus menghabiskan waktu bersama.


Sikap Dini yang humble dan pengertian akhirnya membuat dia dan Dito bisa kembali dekat sebagai sahabat. Dini menegur Dito dan menyampaikan apa yang dia rasakan selama Dito menghindarinya. Dia merasa kesepian, merasa tak enak hati, dan dia mengatakan pada Dito, “Dit, gue udah nyaman banget sama lo sebagai teman. Gue tetap menghargai perasaan lo. Tapi gue juga gak bisa memaksakan perasaan gue. Gue menganggap elo sebagai sahabat terdekat gue. Terus terang, selama elo menghindari gue, gue ngerasa gak enak hati. Memang gue menolak lo sebagai pacar, tapi gue gak mau elo jauhin gue dan merusak persahabatan kita.”


Mungkin memang benar Dini menyayangi Dito. Tapi sayang Dini kepada Dito berada pada zona pertemanan. Dia tidak ingin Dito menjadi kekasihnya. Sikap Dito yang memang sebelas-duabelas dengannya menjadi sebuah pemikiran untuk Dini tetap berada pada zona pertemanan.
“Kalau gue memaksakan kita jadian, akan berantakkan hubungan kita. Kita gak akan ada yang mau ngalah. Sebaiknya kita memang menjadi sahabat.” Kata Dito kepada Dini disaat mereka larut dalam perdebatan yang mengarah pada pertengkaran kecil.
“Ya memang, dan itulah yang menyebabkan gue gak mau terima elo Dit!” sambung Dini dengan nada Tinggi.


Mungkin memang hubungan persahabatan menjadi salah satu alternatif antara dua insan yang dimabuk cinta namun tak dapat menyatukannya dalam ikatan percintaan dengan berbagai alasan. Nyaman sebagai sahabat, perbedaan keyakinan, dan perbedaan sudut pandang dalam berpikir, membuat dua insan muda tersebut telah larut dalam zona pertemanan, dan tidak akan menjadikan mereka sebagai sepasang kekasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar